Senin, 8 September 2025

Virus Corona

Sebulan Hidup Tanpa Wabah, Wuhan Kembali Laporkan 1 Kasus Infeksi Covid-19

Setelah lebih dari sebulan tidak memiliki catatan infeksi, Wuhan baru-baru ini mengumumkan satu kasus infeksi Covid-19 di sana.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
Hector RETAMAL / AFP
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. 

TRIBUNNEWS.COM - Setelah lebih dari sebulan tidak memiliki catatan infeksi, Wuhan baru-baru ini mengumumkan satu kasus infeksi Covid-19 di sana.

Ini menjadi kasus yang pertama sejak 3 April lalu, Wuhan dinyatakan bebas infeksi Covid-19.

Pasien itu adalah seorang pria berusia 89 tahun yang dipastikan mengidap Covid-19 pada Sabtu lalu, sebagaimana dilaporkan Bussines Insider

Istrinya bersama beberapa anggota masyarakat juga dicatat sebagai kasus tanpa gejala.

Sehingga tidak termasuk dalam penghitungan kasus resmi.

Baca: Laporan Intelijen: Laboratorium Wuhan Tutup Mendadak Pada Oktober 2019, Dekat Pusat Wabah Corona

Baca: Inilah Laboratorium Institut Virologi Wuhan yang Dituduh Presiden Trump Sumber Virus Corona

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, lelaki tua itu tinggal di distrik c.

Dongxihu adalah daerah asal 20 pasien yang sebelumnya juga dilaporkan positif Covid-19.

Pemerintah langsung menaikkan resiko penularan di distrik tersebut.

Komisi kesehatan juga melaporkan peningkatan dua digit pertama dalam kasus di seluruh negeri dalam hampir 10 hari.

Dikutip dari SBS Australia, pihaknya mengatakan, ada 14 infeksi baru simptomatik yang terkonfirmasi di ibukota Hubei itu. 

Tim medis memeriksa seorang pasien yang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan pada 26 Januari 2020.
Tim medis memeriksa seorang pasien yang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan pada 26 Januari 2020. (EPA-Efe/STR)

Dua di antaranya merupakan kasus impor, dari luar negeri.

Seperti diketahui, virus SARS-CoV-2 pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China Tengah.

Wuhan telah melaporkan total 50.334 kasus virus corona dan setidaknya 3.869 korban jiwa.

Pada pertengahan April lalu, pemerintah kota ini merevisi jumlah kematiannya dan mengaku peningkatannya hingga 50 persen.

Virus corona merebak di satu kota besar di China itu bertepatan dengan Tahun Baru China pada Desember 2019.

Tak butuh waktu lama, virus menyebar di hampir seluruh dunia hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melabeli Covid-19 sebagai pandemi.

Kota Wuhan merayakan dibukanya kembali kota itu setelah penguncian akibat wabah corona selama dua bulan dengan pesta spektakuler.
Kota Wuhan merayakan dibukanya kembali kota itu setelah penguncian akibat wabah corona selama dua bulan dengan pesta spektakuler. (Sky News)

Terhitung sudah lima bulan, dunia bertaruh nyawa dengan virus corona baru ini.

Angka infeksi pada Senin (11/5/2020) ini sudah tembus 4,1 juta sedangkan jumlah korban jiwa ada 283.877.

Dibanding dengan angka infeksinya dan kematian, pasien yang berhasil pulih dari wabah ini sejumlah 1.493.500.

Sementara itu, jumlah total infeksi di China adalah 82.918 dan korban jiwanya ada 4.633.

Menurut catatan Worldometers pada Senin ini, ada 17 penambahan kasus infeksi di China.

Baca: Demokrat Minta Pemerintah Investigasi Kematian ABK Indonesia di Kapal Berbendera China

Baca: China Laporkan Kenaikan Kasus Baru Covid-19 di Wuhan Setelah Sebulan Bebas Kasus

Namun selama hampir satu bulan, negara Tirai Bambu tidak melaporkan kematian akibat virus ini.

Sebagai negara pusat penyebaran corona, China jadi yang pertama mengenalkan istilah lockdown atau penguncian wilayah secara besar-besaran.

Partai Komunis China yang berkuasa memberlakukan karantina kepada puluhan juta penduduk.

Kota Wuhan jadi yang pertama dikunci mulai 23 Januari silam, kemudian diikuti kota-kota di Hubei lainnya.

Pemerintah mulai mencabut pembatasan pada akhir Maret lalu.

Namun di saat China telah pulih dari pandemi, negara di Eropa, Asia, dan benua lainnya sedang parah-parahnya berjuang menanggulangi wabah corona.

Personel keamanan yang mengenakan APD berdiri di depan Rumah Sakit Leishenshan Wuhan di Wuhan, di provinsi Hubei tengah Cina pada 11 April 2020.
Personel keamanan yang mengenakan APD berdiri di depan Rumah Sakit Leishenshan Wuhan di Wuhan, di provinsi Hubei tengah Cina pada 11 April 2020. (Noel Celis / AFP)

Terlebih Amerika Serikat, yang mencatat infeksi dan kematian terbanyak di seluruh dunia.

Kurang lebih seperempat total kasus infeksi dunia ada di Negeri Paman Sam.

Alhasil fakta ini membuat China harus menelan pil pahit atas tudingan sejumlah negara karena dianggap tidak bisa mencegah penyebaran virus.

Beberapa negara juga menilai China tidak transparan tentang informasi wabah ini ketika pertama kali muncul di Wuhan.

Beijing membantah tudingan tersebut dengan menegaskan pihaknya selalu berbagi informasi dengan WHO dan negara-negara lain secara tepat waktu.

Namun seorang pejabat kesehatan terkemuka mengatakan pada Sabtu, wabah itu menyingkap kekurangan dalam sistem perawatan kesehatan masyarakat Tiongkok.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan