Virus Corona
Kasus Infeksi Afghanistan Melonjak Jelang Liburan Idul Fitri
Lockdown ketat selama Idul Fitri diserukan Afghanistan setelah mencatat peningkatan harian tertinggi dalam jumlah kasus virus corona.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Afghanistan telah mencatat peningkatan harian tertinggi dalam jumlah kasus virus corona.
Terkait hal itu, pihak berwenang kemudian menyerukan lockdown ketat selama Idul Fitri.
Secara terpisah, Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan mengatakan pada Sabtu (23/5/2020), 782 kasus positif virus corona dicatat dalam 24 jam terakhir.
Dikutip Tribunnews dari Al jazeera, angka tersebut menjadikan jumlah total orang yang terinfeksi menjadi hampir 10.000.
Jumlah kasus secara nasional telah berlipat ganda hanya dalam 10 hari dan meningkatkan kekhawatiran akan wabah yang lebih luas di seluruh negeri.
Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Idul Fitri Berbahasa Inggris, Lengkap dengan Gambar
Baca: Ucapan Selamat Idul Fitri 1441 H dari Bobby Satria, eks Persebaya dan Sriwijaya FC
Para pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan Kabul sebagai hotspot untuk virus dengan 377 kasus yang dilaporkan dalam 24 jam, akan di-lockdown selama liburan Idul Fitri pada akhir pekan ini.
Langkah ini dilakukan dalam upaya untuk menahan penyebaran Covid-19, yang telah menewaskan 216 orang di negara itu.
"Akan ada pembatasan ketat pada gerakan yang tidak perlu di Kabul," kata kementerian dalam negeri.
"Semua jalan di Kabul akan ditutup selama Idul Fitri," tambahnya.
Sebagian Orang Abaikan Lockdown
Pihak berwenang memberlakukan lockdown nasional setelah kasus pertama dilaporkan pada Februari.
Namun, orang-orang sebagian besar mengabaikan peraturan tersebut.
Dokter memperingatkan, banyak orang percaya virus itu tidak serius dan akan terus mengabaikan lockdown, terutama selama lebaran.
"Ketika Idul Fitri 'datang', banyak orang pergi ke luar rumah sehingga mereka berkumpul di toko-toko," kata Dr Akmal Sahar, seorang spesialis di rumah sakit pemerintah di Kabul, mengatakan kepada Al Jazeera.
"Beberapa orang juga terus pergi ke toko-toko tanpa mengenakan masker dan sarung tangan," ungkapnya.