Donald Trump Mantap akan Lakukan Kampanye Meski Ada Demo Nasional dan Pandemi Corona
Presiden AS, Donald Trump berencana mengadakan kampanye dalam dua minggu ke depan meski ada ancaman pandemi Covid-19.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS, Donald Trump berencana mengadakan kampanye dalam dua minggu ke depan meski ada ancaman pandemi Covid-19.
Bahkan para ahli sudah memperingatkan tentang bahaya membuat kerumunan atau acara semacam itu.
Sebenarnya presiden juga belum mengadakan rapat umum pemilihan sejak 2 Maret silam, di Charlotte, North Carolina.
Menyoal rencana kampanye, penasihat kampanye Trump masih meneliti lokasi-lokasi demonstrasi akan berlangsung dan langkah keamanan apa saja yang dibutuhkan.
Baca: Trump Bersikeras Tak Akan Bubarkan Kepolisian: 99 Persen Polisi AS Adalah Orang-orang Hebat
Baca: Kematian George Floyd Bikin Kepolisian AS Terancam Bubar, Donald Trump Langsung Menolak

Manajer kampanye Trump, Brad Parscale juga diharapkan segera menyampaikan kemungkinan kampanye itu bisa dilakukan, sebagaimana dilaporkan Politico.
"Orang Amerika siap untuk kembali beraksi dan begitu juga Presiden Trump."
"Kembalinya Great American itu nyata dan aksi unjuk rasa akan luar biasa."
"Anda akan kembali melihat kerumunan dan antusiasme yang hanya bisa diimpikan oleh Sleepy Joe Biden," kata Parscale dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.
Pembantu presiden menilai Trump tidak sabar untuk keluar dan mulai berkampanye lagi jelang pemilu presiden AS pada 3 November 2020.
Seorang pejabat membenarkan laporan Politicio itu dan mengatakan langkah keamanan akan dilakukan para peserta kampanye.
Dalam pernyataannya, Parscale memprediksi kampanye Trump akan melebihi saingannya dari Partai Demokrat.
Sebab selama pandemi ini, kampanye Joe Biden berkurang drastis.
Baca: Capres Demokrat, Joe Biden Temui Keluarga dan Putri George Floyd Sebelum Upacara Pemakaman
Baca: Donald Trump Makin Pusing dengan Aksi Rusuh Rakyatnya, Berlakukan Jam Malam di Berbagai Kota
Kendati demikian dia memenangkan beberapa jajak pendapat atas Trump beberapa waktu yang lalu.
Bahkan baru-baru ini Biden juga tampil dengan mengunjungi keluarga George Floyd dan mengecam komentar dan respons Trump atas protes nasional.
Diketahui Presiden Trump menyinggung nama George Floyd saat bicara tentang peningkatan pekerjaan.
"Mudah-mudahan, George melihat ke bawah sekarang dan berkata, 'Ini adalah hal besar yang terjadi di negara kita'," ujar Trump.
Trump juga memilih untuk penggunaan pasukan Garda Nasional dan pejabat federal lainnya untuk menanggapi kekerasan di Washington dan kota-kota lain di tengah protes.
Saat ini Trump berada di bawah tekanan untuk mengembalikan elektabilitasnya yang jatuh karena responsnya pada pandemi, sebagaimana dilaporkan The Guardian.

Baca: Habis Tantang Mike Tyson, Petarung UFC Ini Tantang The Rock yang Kritik Donald Trump
Baca: Tokoh Partai Republik Sekaligus Pensiunan Jenderal Ini Sebut Trump Pembohong dan Bahaya bagi Amerika
Oleh karena itu Trump berpegang pada rencana pembukaan bisnis AS yang terguncang oleh wabah corona.
Presiden juga sedang bergulat dengan protes nasional AS pasca kematian George Floyd, seorang pria Afrika-Amerika.
Floyd meninggal setelah polisi mengunci lehernya selama kurang lebih sembilan menit, hingga dia tidak sadarkan diri.
Amerika Serikat masih bergulat dengan angka infeksi yang tinggi di saat protes meledak di berbagai negara bagian.
Para pakar sudah memperingatkan bahwa aksi demonstrasi akan memperbesar risiko penularan virus.
Tidak ada jarak sosial, masker yang terbatas, hingga gas air mata yang menyebabkan batuk akan mempermudah transfer virus.
Menyoal risiko ini, belum jelas juga apakah Trump akan melakukan kampanye di luar ruangan atau di dalam.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)