Senin, 25 Agustus 2025

Kim Jong Un Dikabarkan Ledakkan Kantor Penghubung karena 'Penggambaran Kotor' Istrinya

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan sangat marah atas beredarnya selebaran yang berisi penggambaran kotor dan melecehkan istrinya, Ri Sol Ju.

KCNA VIA KNS / AFP
Gambar 21 Juni 2019 ini dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 22 Juni 2019, memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) dan istrinya Ri Sol Ju (kanan) melambai kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping dan rekannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan sangat marah atas beredarnya selebaran yang berisi penggambaran kotor dan melecehkan istrinya, Ri Sol Ju.

Selebaran anti-Korut itu disebarkan oleh pembelot Korea Utara yang ada di Korea Selatan.

Karena isi selebaran yang sangat merugikan reputasi istri Kim Jong Un, Korea Utara lantas meledakkan kantor penghubung antar Korea yang ada di Kaesong.

Seperti yang dilansir NY Post, selebaran itu disebarkan oleh para pembelot di area berbatasan dengan menggunakan balon udara.

Ada banyak pamflet yang disebarkan, termasuk penggambaran provokatif ibu negara Ri Sol Ju.

Baca: Pakar Korea Utara Sebut Kim Jong Un Memiliki Organisasi Rahasia untuk Pertahankan Hidup Mewahnya

Gambar 21 Juni 2019 ini dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 22 Juni 2019, memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) dan istrinya Ri Sol Ju (kanan) melambai kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping dan rekannya.
Gambar 21 Juni 2019 ini dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 22 Juni 2019, memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) dan istrinya Ri Sol Ju (kanan) melambai kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping dan rekannya. (KCNA VIA KNS / AFP)

Penggambaran itu memicu kemarahan besar Kim Jong Un menurut Duta Besar Rusia untuk Korea Utara Alexander Matsegora.

"Selebaran itu berisi propaganda kotor dan menghina istri Kim Jong Un," kata Matsegora kepada outlet media Rusia TASS.

Ia menyebut foto itu diedit dengan Photoshop dengan cara yag merendahkan.

Kantor penghubung antar Korea di Kaesong, tepat di utara perbatasan, meledak pada 16 Juni setelah adik perempuan Kim, Kim Yo Jong memberi peringatan untuk Korea Selatan.

Hari berikutnya, Pyongyang mengumumkan akan melanjutkan latihan militer, meningkatkan kesiapan di kota-kota perbatasan dan membangun kembali pos penjagaan.

Aksi tersebut dianggap tindakan paling provokatifnya di perbatasan sejak Korea Utara menandatangani perjanjian dengan Korea Selatan untuk mengurangi ketegangan pada 2018.

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang berada di perbatasan di wilayah Kaesong pada Selasa (16/6/2020), tiga hari setelah adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, memberikan ancaman pada Korea Selatan.

Hal ini disampaikan Kementerian Unifikasi Korea Selatan.

"Korea Utara meledakkan Kantor Penghubung Kaesong pukul 14.49," terang kementerian yang menangani hubungan antar-Korea ini.

Dikutip Tribunnews dari AFP, pernyataan tersebut dirilis beberapa menit setelah ledakan terdengar dan asap tampak naik dari zona industri bersama di Kaesong, di mana kantor penghubung didirikan kurang dari dua tahun lalu.

Peta Semenanjung Korea
Peta Semenanjung Korea (AFP)

Insiden ini terjadi setelah adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengancam Korea Selatan tiga hari sebelumnya.

Bahkan, ledakan itu terjadi setelah militer Korea Utara memberikan peringatan akan membenahi daerah-daerah yang dilucuti sesuai perjanjian antar-Korea.

Baca: Adik Kim Jong Un Ancam Kirim Tentara Korut ke Perbatasan Korsel, Gara-gara Selebaran di Balon Udara

Baca: Adik Kim Jong Un Tebar Ancaman, Korea Selatan Langsung Rapat Darurat

"Tak lama, sebuah adegan tragis dari kantor penghubung bersama Utara-Selatan tak berguna yang benar-benar runtuh akan terlihat," kata Kim Yo Jong pada akhir pekan.

Mengutip Korea Herald, ahli mengatakan tindakan tersebut diambil Korea Utara sebagai taktik putus asa untuk menekan Seoul.

Juga sebagai langkah pertama untuk membatalkan semua perjanjian yang dibuat dengan pemerintahan Moon Jae In.

"Ada dua arti. Satu diantaranya adalah dengan menghancurkan kantor penghubung, secara simbolis menunjukkan kerja sama ekonomi sudah berakhir," terang Shin Jong Woo, analis senior di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea.

"Langkah selanjutnya adalah mengakhiri perjanjian militer," imbuh dia.

Lebih lanjut, Shin menyebutkan Pyongyang punya sejumlah opsi untuk meningkatkan ketegangan militer.

Seperti latihan militer di Laut Barat dan peningkatan manuver dalam Zona Demiliterisasi sebagai kemungkinan jangka pendek.

"Ini berarti kebijakan Korea Utara kita perlu diubah sekarang. (Korea Utara) akan terus menekan, tindakan semacam ini akan terus berlanjut," tutur dia.

Kepulan asap dari ledakan kantor penghubung antar-Korea di wilayah perbatasan, Kaesong, pada Selasa (16/6/2020).
Kepulan asap dari ledakan kantor penghubung antar-Korea di wilayah perbatasan, Kaesong, pada Selasa (16/6/2020). (Yonhap via Korea Herald)

Hal serupa juga disampaikan mantan kepala Institut Unifikasi Nasional Korea, Kim Tae Woo.

Ia mengatakan tindakan penghancuran kantor penghubung antar-Korea adalah kelanjutan strategi Korea Utara.

Baca: Memanas, Militer Korea Utara Bersiap Ubah Zona Demiliterisasi Jadi Benteng Pertahanan Hadapi Korsel

Baca: Korut Bersiap Mobilisasi Pasukan ke Perbatasan Korea

"Pesan mereka (Korea Utara ke Korea Selatan) sudah jelas, agar tidak mendengarkan Amerika Serikat dan mengabaikan sanksi internasional," ujarnya.

Kim Tae Woo menambahkan, dihancurkannya kantor penghubung antar-Korea adalah balasan atas ketidakpatuhan Seoul.

Ia pun mengatakan pemerintahan Moon Jae In harus mengambil sikap tegas.

"(Korea Selatan) harus bertindak tegas, provokasi akan dihukum, sambil membiarkan pintu terbuka untuk dialog."

"Tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan," ungkap dia.

Diketahui, kantor penghubung antar-Korea didirikan pada September 2018 berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak selama pertemuan puncak pertama antara Moon Jae In dan Kim Jong Un, 27 April.

Kim Jong Un menghadiri potong pita sebuah pabrik pupuk pada Jumat (1/5/2020). Tampak Kim Yo Jong ada di dekatnya, sebelah kiri.
Kim Jong Un menghadiri potong pita sebuah pabrik pupuk pada Jumat (1/5/2020). Tampak Kim Yo Jong ada di dekatnya, sebelah kiri. (KCNA via NK News)

Dilansir AFP, sejak awal Juni Korea Utara telah mengeluarkan serangkaian kecaman pedas dan ancaman untuk Korea Selatan atas para aktivis yang mengirim selebaran anti-Pyongyang ke perbatasan.

Mengirim selebaran ke perbatasan merupakan hal yang dilakukan pembelot secara rutin.

Minggu lalu, Korea Utara mengumumkan pihaknya memutuskan semua hubungan komunikasi resmi dengan Korea Selatan.

Selebaran yang dikirim para pembelot - biasanya melekat pada balon udara atau mengapung dalam botol - mengkritik Kim Jong Un karena pelanggaran hak asasi manusia dan ambisinya pada nuklir.

Baca: Daftar 9 Negara Pemilik Total 13.400 Hulu Ledak Nuklir, Rusia Teratas, Korea Utara Paling Sedikit

Baca: Legenda NBA Bicara Sosok Adik Kim Jong Un: Jika Lihat Dia di TV, Berarti Anda dalam Masalah

"Korea Utara frustrasi karena Korea Selatan gagal menawarkan rencana alternatif untuk menghidupkan kembali perundingan AS-Korea Utara, apalagi menciptakan suasana yang tepat untuk kebangkitan kembali," terang Cheong Seong Chang, direktur Pusat Sejong Institut untuk Korea Utara.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan