Meski Geram, Iran Disebut Tak akan Buru-buru Balas Dendam atas Kematian Ilmuwan Nuklirnya
Iran disebut tidak mungkin melakukan balas dendam atas kematian ilmuwan nuklirnya, Mohsen Fakhrizadeh, dalam waktu dekat.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Pravitri Retno W
Diketahui, Fakhrizadeh dianggap badan intelijen Amerika dan Israel sebagai kekuatan Teheran untuk merancang senjata nuklir.
Pejabat Iran pun telah berjanji untuk membalas dendam atas pembunuhan Fakhrizadeh.
Undang-undang baru itu memerintahkan Badan Energi Atom Iran segera melanjutkan pengayaan uranium ke tingkat 20 persen.
Baca juga: Presiden Iran Hassan Rouhani ke Tayyip Erdogan, Iran Berhak Membalas Pembunuhan Fakhrizadeh
Baca juga: Trump Dikabarkan Tarik Puluhan Diplomatnya dari Irak Imbas Ketegangannya dengan Iran

Mengembalikan program persenjataan Iran ke tingkat maksimum, sebelum kesepakatan nuklir 2015 dicapai di bawah pemerintahan Obama.
Peningkatan penggunaan uranium akan memberi Iran kemampuan untuk mengubah seluruh persediaannya menjadi setingkat bom dalam waktu enam bulan.
Undang-undang baru itu juga menetapkan batas waktu dua bulan untuk pencabutan sanksi minyak dan perbankan terhadap Iran sebelum pengawas dilarang.
Tentunya hal ini menciptakan potensi krisis untuk hari-hari awal pemerintahan Biden.
Inspeksi yang dilakukan oleh Badan Energi Atom Internasional, cabang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah menjadi sumber informasi publik utama tentang kemajuan program Iran.
Waktunya yang tertera dalam UU baru itu tampaknya sengaja dimaksudkan untuk menekan Biden agar membahas kembali kesepakatan nuklir dengan Iran setelah menjabat.
Biden mengatakan dia akan bersedia melakukannya, jika Iran menghormati aturan kesepakatan 2015 itu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)