Royal Family
Mantan Pacar Pangeran Harry, Cressida Bonas Ceritakan Pernikahannya yang Tak Sempurna akibat Pandemi
Cressida Bonas, mantan pacar Pangeran Harry, menceritakan tentang pernikahannya yang dia selenggarakan di Inggris di tengah pandemi virus corona.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
lihat foto
Soal pesta pernikahan, Bonas berkata bahwa "satu-satunya bagian yang menyedihkan dari hari yang bahagia" adalah bahwa semua keluarganya tidak bisa hadir.
"Saya yakin kami menghargai keluarga dan teman kami, bahkan lebih, ketika mereka tidak ada," tulisnya.
Bonas dan Wentworth-Stanley terpaksa memotong daftar tamu mereka menjadi hanya 30 undangan saja.
Jumlah itu cukup sulit mengingat mereka memiliki 22 saudara kandung.
"Sebelum kami sadar bahwa kami akan mengadakan 'pernikahan Covid', kami terus berbicara tentang pesta, daftar tamu, kue, harapan orang-orang, seperti apa seharusnya dan lain-lain," tulis Bonas.
"Tapi memiliki sebagian kecil dari keluarga Harry dan keluargaku di gereja membuatnya sangat istimewa."
Bonas mengatakan bahwa pernikahan itu memang bukan lah pernikahan seperti yang mereka inginkan.
Namun pernikahan itu lebih intim dan istimewa dari yang pernah dibayangkan.
"Tidak sempurna namun sempurna -hari yang tidak akan pernah kami lupakan," tambahnya tentang pencapaian penting dalam hubungan mereka.
Bonas dan Wentworth-Stanley bertunangan pada Agustus 2019 setelah berpacaran selama sekitar dua tahun.
Aktris White House Farm itu mengatakan pada bulan Juni bahwa dia dan Wentworth-Stanley harus menunda pernikahan mereka karena pandemi.
"Sayangnya pernikahan ditunda," katanya dalam sebuah wawancara dengan The Daily Telegraph.
"Kami tidak begitu yakin apa langkah kami selanjutnya, tapi kami harus menunda pernikahan."
Sebuah sumber mengatakan kepada PEOPLE pada April 2014 bahwa perpisahan Bonas dari Pangeran Harry adalah perpisahan yang baik.
Bonas bahkan menghadiri pernikahan Harry dan Meghan Markle pada 2018.
Sementara itu, Inggris kini telah mencatat lebih dari 2 juta kasus COVID-19, dengan setidaknya 69.051 kematian terkait dengan virus tersebut, menurut data dari New York Times.
Mutasi baru virus telah ditemukan di negara itu, yang mengarah pada penguncian baru yang lebih ketat yang diumumkan pada akhir pekan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
