Terungkap, Profesor Korea Ternyata Dapat Dana dari Badan Intelijen untuk Menjelek-jelekkan Jepang
Profesor tersebut menetapkan posisinya melalui kegiatan anti-Jepang, yang berada pada tingkat yang dapat dianggap sebagai bisnis.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang profesor dari Korea Selatan yang selama ini gencar menjelek-jelekkan Jepang ternyata menerima dana dari badan intelijen nasional Korea (KCIA).
Demikian tulis Mayo Hada, wartawan dari majalah Daily Shincho, Jumat (7/5/2021).
"Pada 2017, dilaporkan di Korea, Profesor Seo Kyoung-Duk (46) dari Universitas Wanita Sungshin di Korea Selatan telah menerima dana dari National Intelligence Service (KCIA)," tulis berita tersebut.
Awalnya, profesor itu dengan tegas membantah kabar tersebut. "laporan itu palsu", kata dia.
"Saya tidak pernah menandatangani tanda terima KCIA, saya juga tidak terlibat dalam pekerjaan itu."
"Jika itu benar, saya akan menangguhkan semua kegiatan dan mengundurkan diri dari jabatan profesor," ungkap sang profesor.
Baca juga: Ular Peliharaan Warga Yokohama Jepang Kabur dari Kandangnya, Polisi Turun Tangan
Namun, ketika media Korea JTBC yang memberitakan masalah ini melaporkan bahwa ia menyimpan tanda terima yang ditandatangani oleh profesor ketika diar menerima dana dari komandan KCIA, sang profesor menarik pernyataan sebelumnya dan memberikan dukungan serta dana dari KCIA, fakta yang dia terima.
"Meskipun ia seorang profesor, beberapa orang Korea percaya dan mendukung urusan anti-Jepang dalam kegiatan yang biasanya tidak ditangani sehubungan dengan skandal di masa lalu."
Profesor tersebut menetapkan posisinya melalui kegiatan anti-Jepang, yang berada pada tingkat yang dapat dianggap sebagai bisnis, sehingga penolakan terhadap Justin Bieber ini setengahnya diharapkan agar dia meminta maaf.
Diketahui Justin Bieber mengunjungi Kuil Yasukuni di Tokyo ketika dia mengunjungi Jepang pada tahun 2014, dan dia dipaksa untuk meminta maaf setelah menerima banyak pesan protes dari Korea Selatan dan China.
Tampaknya tidak bisa dilawan karena protes dari China sangat sengit, tetapi kekacauan itu banyak datang dari Korea Selatan, dan ada tanda bahwa rencana profesor tampaknya akan berakhir tanpa suara keras di Korea.

Selain dapat uang, profesor itu juga mengungkapkan rasa kebencian kepada Jepang dengan data palsunya.
Foto yang digunakan untuk video publisitas yang mengatakan "Kebenaran Gunkanjima (nama resmi: Hashima)" di papan buletin luar ruangan New York Times Square selama seminggu mulai 3 Juli 2017 dengan menggunakan foto palsu.
Media Jepang dan lainnya menunjukkan bahwa foto itu palsu. Profesor itu tidak punya pilihan selain mengakui kesalahannya.