Olimpiade Tokyo
Cerita di Balik Kaburnya Atlet Uganda di Jepang, Modusnya Sama dengan Overstay Asing Lain
Di Kota Nagoya, Ssekitoleko bergabung dengan seorang pria Uganda kenalannya dan dengan mobil mereka pindah ke Prefektur Gifu.
Editor:
Dewi Agustina
Sementara tanggal 20 Juli para atlet Uganda lain telah berpindah ke Desa Olimpiade di Tokyo dari Kota Izumisano Osaka tempat awal Ssekitoleko kabur.
"Dari pola perpindahan tersebut kelihatan sekali adanya calo tenaga kerja yang berusaha menjanjikan hal-hal manis bisa bekerja di Jepang mulai calo yang ada di Nagoya, di Gifu dan terakhir di Mie. Itulah sebabnya Ssekitoleko berpindah ke kota-kota tersebut," papar sumber itu.
Pihak kepolisian sebenarnya sudah tahu jaringan para calo tersebut dari berbagai bangsa.
"Kami tinggal mengamankan mereka saja kalau kedapatan berbuat tindakan pidana. Jadi warga asing yang overstay di Jepang sebenarnya telah ditandai kepolisian Jepang dan termonitor hingga saat ini. Hanya soal waktu saja untuk penangkapannya," lanjutnya.
Baca juga: Ahli Medis Kritik Panitia Olimpiade Jepang terkait Penanganan Atlet Uganda yang Terpapar Covid-19
Sumber Tribunnews.com lainnya juga membenarkan hal tersebut.
"Pihak kepolian biasanya kerja sama dengan pihak imigrasi juga di mana sudah mengetahui lumbung-lumbung para overstay asing di Jepang, dimonitor sejak lama dan sebenarnya mudah sekali untuk penangkapan para overstayer asing di Jepang."
"Namun selama mereka tidak melakukan kejahatan, misalnya jual beli kartu identitas (zairyu card) palsu dan kriminalitas lainnya, polisi masih memonitor terus. Tinggal pihak imigrasi yang akan berjalan menangkap para overstayer terkait visa mereka yang telah mati jangka waktunya," kata dia.
Itulah sebabnya, dulu sebelum corona menjadi pandemi, jalur masuk para overstayer banyak terjadi lewat bandara Jepang Tengah Nagoya karena di sekitar sana banyak para calo tenaga kerja dari negara masing-masing melakukan "jual beli manusia".
"Tinggal manusianya itu sendiri mau sadar atau tidak dengan perbuatannya masing-masing yang bakal melanggar hukum Jepang itu. Mereka akan stres berat tinggal di Jepang kalau overstayer dan bahkan ada yang bunuh diri, karena malu juga tak bisa pulang ke negaranya," papar sumber itu.
"Jadi sebaiknya pikirkan kembali semua tawaran manis kerja di Jepang, tidak mudah bekerja di Jepang apalagi dengan suasana pandemi saat ini," pesannya.
Bagi yang ingin diskusi kerja di Jepang dengan baik dan benar, silakan gabung gratis ke facebook:
https://www.facebook.com/groups/94522577168/ dan bagi yang mau posting lowongan kerja dapat email lengkap dengan data Pemberi Kerja ke: kerja@jepang.com
Baca juga: 4 Hari Kabur dari Pemusatan Latihan, Atlet Uganda Ditemukan di Prefektur Mie Jepang
Sebelumnya, atlet angkat besi Uganda, Julius Ssekitoleko (20) akhirnya ditemukan polisi di Mie Jepang setelah kabur selama 4 hari.
"Kita temukan dia di Mie siang ini dan telah dikonfirmasi jati dirinya memang orang yang bersangkutan, tidak salah lagi," papar sumber Tribunnews.com, Selasa (20/7/2021).
Menurut Pemda Izumisano, atlet angkat besi Julius Ssekitoleko (20), seorang anggota Uganda di Olimpiade, mengatakan di hotel tempat dia menginap pada tanggal 16 Juli, "Saya tidak akan kembali ke negara yang sulit untuk ditinggali. Tetapi tetap akan bekerja di Jepang."