Evergrande: Siapa Xu Jiayin alias Hui Ka Yan, pengembang properti China di ambang kolaps yang punya utang US$300 miliar
Lahir di Provinsi Henan, Xu Jiayin pernah menjadi pekerja kasar sebelum mendirikan Evergrande, perusahaan properti raksasa yang kini memiliki
Evergrande melakukan banyak investasi properti yang membuat perusahaannya mendapatkan dana US$722 juta saat menawarkan saham pada 2009.
Seiring dengan tumbuhnya perekonomian China, Evergrande juga berkembang pesat.
Pada 2018, Brand Finance menempatkan Evergrande sebagai perusahaan real estate dengan nilai terbesar di dunia. Xu Jiayin memiliki 70% saham Evergrande, membuat nilai kekayaan dirinya menembus hampir US$11 miliar, menurut penelusuran majalah Forbes.
Di daftar orang terkaya di dunia, ia berada di urutan 53, dan di China berada di urutan 10.
Di luar sektor properti, Evergrande menjadi pembicaraan ketika membeli klub sepak bola di Guangzhou pada 2010 seharga US$15 juta.
Empat tahun kemudian Xu Jiaying menjual sahamnya di klub ke perusahaan e-commerce Alibaba seharga US$192 juta.
Baca juga:

Di bawah kepemimpinannya, ia mengubah klub kemudian bernama Guangzhou Evergrande menjadi klub yang sangat disegani di China. Ia menggelontorkan banyak uang untuk mendatangkan pelatih dan pemain internasional.
Pada 2012 ia menarik perhatian nasional saat hadir di pertemuan Partai Komunis dengan mengenakan ikat pinggang mewah merek Hermes. Ikat pinggangnya ini disebut sebagai yang termahal dalam perhelatan politik ini.
Beberapa kalangan menduga kesuksesan Evergrande antara lain disebabkan oleh hubungan dekat Xu Jiayin dengan para pejabat penting. Namun Xu Jiayin menyebut kesuksesan dirinya karena pendidikan dan jasa Partai Komunis.
"Tanpa [pendidikan di] perguruan tinggi, saya pasti masih berada di desa. Tanpa bantuan uang pemerintah, saya tak mungkin bisa masuk ke universitas. Tanpa reformasi [yang dijalankan pemerintah], Evergrande tak akan sebesar sekarang," katanya dalam satu kesempatan, seperti dikutip kantor berita AFP.
Ia menambahkan kesuksesan Evergrande karena jasa Partai Komunis, negara, dan masyarakat.
Zhiwu Chen, direktur Asia Global Institute dan pengajar di University of Hong Kong, kepada BBC Mundo menjelaskan, "koneksi politik memungkinkan Xu Jiayin dan Evergrande mendapatkan utang dalam jumlah besar meski sebenarnya mendapatkan pinjaman besar sering kali menghadapi kendala regulasi".