Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik, AS Kutuk Keras
Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek pada Kamis (27/01), menuai kecaman dari Amerika Serikat atas serangkaian uji…
Serangkaian uji coba rudal balistik Korea Utara menjadi salah satu kegiatan peluncuran paling banyak yang pernah dilakukannya dalam waktu satu bulan, kata para analis. Korea Utara memulai tahun 2022 dengan menunjukkan senjata baru dan operasional yang mengkhawatirkan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pihaknya telah mendeteksi peluncuran yang diduga sebagai dua rudal balistik sekitar pukul 8 pagi waktu setempat dari dekat Hamhung, di pantai timur Korea Utara, dengan perkiraan jangkauan sekitar 190 km ke ketinggian 20 km.
Korea Utara mengatakan pada bulan ini mereka akan meningkatkan pertahanannya terhadap Amerika Serikat dan mempertimbangkan untuk melanjutkan "semua kegiatan yang ditangguhkan sementara", sebuah referensi yang jelas untuk moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh yang diberlakukan sendiri.
Peluncuran itu dilakukan setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah ke laut di lepas pantai timurnya pada Selasa (25/01).
Pada awal Januari 2022, Korea Utara menguji peluru kendali taktis, dua "rudal hipersonik" yang berkecepatan tinggi, dan bermanuver setelah lepas landas, serta menguji sistem rudal yang dibawa kereta api.
"Rezim (Kim Jong Un) sedang mengembangkan keragaman senjata ofensif yang mengesankan meskipun sumber daya terbatas dan tantangan ekonomi yang serius,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Ewha di Seoul.
Uji coba senjata tertentu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan baru, terutama untuk menghindari pertahanan rudal, sementara peluncuran lainnya dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan dan keserbagunaan pasukan rudal yang telah dikerahkan Korea Utara, tambahnya.
"Beberapa pengamat telah menyarankan bahwa peluncuran yang sering dilakukan rezim Kim adalah seruan untuk mendapat perhatian, tetapi Pyongyang menyanggah keras apa yang dianggap sebagai perlombaan senjata dengan Seoul,” kata Easley.
Dalam pidatonya di Konferensi Perlucutan Senjata yang disponsori PBB pada Selasa (25/01), Duta Besar Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Han Tae Song, menuduh Amerika Serikat melakukan ratusan "latihan perang bersama” sambil mengirimkan peralatan militer ofensif berteknologi tinggi ke Korea Selatan dan senjata strategis nuklir masuk ke kawasan.
"(Ini) sangat mengancam keamanan negara kita,” kata Han.
Ajakan diplomasi AS
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengutuk peluncuran itu sebagai pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB dan ancaman bagi tetangga Korea Utara dan komunitas internasional. AS tetap berkomitmen melakukan pendekatan diplomatik dan menyerukan Korea Utara untuk terlibat dalam dialog, kata juru bicara itu.
Seperti tes baru-baru ini lainnya, Komando Indo-Pasifik militer AS mengatakan bahwa peluncuran itu tidak stabil, tetapi tidak menimbulkan ancaman langsung ke wilayah atau personel AS, atau sekutunya.
"Perkembangan luar biasa” Korea Utara baru-baru ini dalam teknologi nuklir dan rudal tidak dapat diabaikan, kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno dalam sebuah pengarahan.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat, di mana dikatakan peluncuran itu "sangat disesalkan" dan bertentangan dengan seruan untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan, kata Gedung Biru kepresidenan dalam sebuah pernyataan.