Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik, AS Kutuk Keras
Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek pada Kamis (27/01), menuai kecaman dari Amerika Serikat atas serangkaian uji…
Sementara itu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden memberikan sanksi kepada beberapa individu dan entitas Korea Utara dan Rusia atas tuduhan mereka membantu program senjata Korea Utara, tetapi Cina dan Rusia mementahkan upaya AS untuk menjatuhkan sanksi PBB pada lima warga Korea Utara.
Pada Rabu (26/01), Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Jepang dan Korea Mark Lambert mengatakan bahwa Washington "tidak keberatan” berbicara dengan Korea Utara dan bersedia bertemu di mana saja dan membicarakan apa saja.
"Kita harus melakukan diskusi serius tentang denuklirisasi Korea Utara. Dan jika Korea Utara bersedia melakukan itu, segala macam hal yang menjanjikan dapat terjadi,” katanya dalam seminar online yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and Strategic and Pembelajaran Internasional.
Korea Utara telah membela uji coba misilnya sebagai hak berdaulat untuk membela diri, dan mengatakan sanksi AS membuktikan bahwa bahkan ketika AS mengusulkan pembicaraan, AS mempertahankan kebijakan "bermusuhan".
"Uji coba senjata jenis baru baru-baru ini adalah bagian dari kegiatan untuk melaksanakan rencana jangka menengah dan panjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan nasional,” kata utusan Korea Utara untuk PBB Han dalam pidatonya.
"Itu tidak menimbulkan ancaman atau kerusakan apa pun terhadap keamanan negara-negara tetangga dan kawasan.”
Korea Utara belum meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) jarak jauh atau menguji senjata nuklir sejak 2017, tetapi mulai menguji sejumlah rudal jarak pendek setelah pembicaraan denuklirisasi terhenti sejak pertemuan puncak yang gagal dengan AS pada 2019.
ha/yf (Reuters)