Konflik Rusia Vs Ukraina
Ukraina Dikabarkan Punya Ribuan Senjata Nuklir, Tapi Tak Bisa Digunakan untuk Menyerang Rusia
Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Ukraina dulunya memiliki hingga 3.000 senjata nuklir setelah era Uni Soviet.
Editor:
Muhammad Zulfikar
Para pemimpin dari dua daerah pro-Rusia, yang menyebut diri mereka Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk, mengklaim jika Ukraina merencanakan serangan militer besar-besaran di wilayah itu.
Jumat kemarin mereka menyusun evakuasi massal warga ke Rusia, sementara mereka menginstruksikan para pria untuk tetap di tempat dan mengangkat senjata.
Pejabat Ukraina berulang kali menyangkal ada rencana tersebut.
Jumat kemarin, kepala Dewan Keamanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, mengatakan: "Ada bahaya besar dari Federasi Rusia yang di sana akan memprovokasi beberapa hal. Mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan militer kami."
Danilov tidak menyediakan bukti tapi menambahkan: "Kami tidak bisa mengatakan apa tepatnya yang mereka lakukan, apakah meledakkan bus berisi orang-orang yang berencana dievakuasi ke wilayah Rostov, atau meledakkan rumah, kami tidak tahu."
Danilov berbicara beberapa jam setelah ledakan misterius dalam kendaraan milik pejabat senior di kota Donetsk, dekat dengan pangkalan militer pasukan separatis.
Pemimpin wilayah tersebut, Denis Pushilin, menyebutnya sebagai aksi terorisme.
Namun otoritas Ukraina dan pejabat barat mengatakan hal itu adalah provokasi buatan -- dirancang untuk pembenaran atas intervensi Rusia.
Setelah cukup diam beberapa waktu tahun ini, garis kontak telah lebih aktif dalam beberapa hari terakhir -- dengan masa depan pemecahan wilayah Ukraina menjadi terjerat dalam berbagai keluhan dan tuntutan Rusia yang jauh lebih luas.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Memanas, Pakar Hukum Internasional: Ada Kelompok Separatis
Apa yang sudah dilihat Donbas?
Perang pecah di tahun 2014 setelah pemberontak yang didukung Rusia berhasil menguasai gedung-gedung pemerintahan di kota-kota sepanjang Ukraina timur.
Pertarungan intens meninggalkan porsi dari wilayah timur Luhansk dan Donetsk dari Donbas terjerat dalam tangan separatis dukungan Rusia.
Rusia juga menganeksasi Krimea dari Ukraina tahun 2014 dalam sebuah gerakan yang menimbulkan kecaman global.
Wilayah yang dikendalikan separatis di Donbas menjadi dikenal sebagai Republik Rakyat Luhansk (LPR) dan Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Pemerintahan Ukraina di Kiev menegaskan bahwa kedua wilayah tersebut sebenarnya diduduki Rusia.