Rusia serbu Ukraina: AS ungkap Moskow minta bantuan senjata dan ekonomi China, jurnalis Amerika ditembak mati di luar Kyiv
China sejauh ini berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai pihak netral dalam konflik Rusia-Ukraina dan tidak mengutuk invasi tersebut.
Ukraina mengatakan sebanyak 30 rudal Rusia ditembakkan ke pangkalan pelatihan militernya di dekat perbatasan Polandia, yang merupakan anggota NATO.
Serangan puluhan rudal Rusia itu menewaskan 35 orang.
Rusia kemudian mengkonfirmasi telah melakukan serangan itu, dengan mengatakan pihaknya menargetkan tentara bayaran dan senjata asing.
Sementara itu seorang jurnalis AS, Brent Renaud, ditembak mati di luar Kyiv. Ini merupakan laporan kematian pertama seorang jurnalis asing dalam perang di Ukraina.
Lalu lebih dari 2.100 warga Mariupol sekarang diketahui telah tewas, ungkap para pejabat di kota di sebelah tenggara Ukraina itu, yang telah dikepung pasukan Rusia.
Palang Merah mengatakan "waktu hampir habis" untuk menyelamatkan warga sipil yang putus asa di kota tersebut.
Rusia dilaporkan minta bantuan China
Sementara itu Rusia meminta bantuan militer dan ekonomi China, menurut laporan di surat kabar Financial Times dan New York Times.
Moskow ingin Beijing menyediakan pasokan militer untuk digunakan di Ukraina, kata FT.
Mengutip para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, FT melaporkan bahwa Rusia telah meminta peralatan China sejak awal invasi. Para pejabat itu menolak untuk merinci jenis peralatan apa yang dicari Rusia.
Laporan itu menambahkan bahwa ada indikasi bahwa China mungkin bersiap untuk membantu.
Sebuah laporan terpisah di New York Times - lagi-lagi mengutip pejabat AS - menuduh Rusia juga meminta bantuan ekonomi untuk mengurangi dampak sanksi.
Sedangkan seorang pejabat tinggi AS telah memperingatkan bahwa China akan menghadapi "konsekuensi berat" jika membantu Rusia menghindari sanksi.
China sejauh ini berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai pihak netral dalam konflik Rusia-Ukraina dan tidak mengutuk invasi tersebut.
Ditanya tentang laporan media bahwa Rusia meminta bantuan militer, juru bicara kedutaan besar China di Washington DC, Liu Pengyu, kepada Reuters mengaku "tidak pernah mendengar hal itu".