Rabu, 10 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pentagon: Rusia Bisa Andalkan Nuklir jika Perang Berlarut, Pasukannya dalam 'Tugas Tempur Khusus'

Pentagon mengatakan Rusia kemungkinan andalkan serangan nuklir ke Ukraina, jika perang berlarut. Pada Februari lalu, Putin posisikan Pasukan Nuklir.

Editor: Sri Juliati
Photo by Russian Defence Ministry / AFP
Pengambilan video selebaran ini diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, bagaimana penembak peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Uni Pasukan Respons Negara, di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky dekat kota Baranovichi di Belarus. - Pentagon mengatakan Rusia kemungkinan andalkan serangan nuklir ke Ukraina, jika perang berlarut. Pada Februari lalu, Putin posisikan Pasukan Pencegah Nuklir dalam 'Tugas Tempur Khusus'. 

Penempatan pasukan nuklir itu bertujuan untuk mengintimidasi musuh, menurut pendapat Berrier, dikutip dari NDTV.

Selain itu juga mencerminkan pandangan doktrinal Moskow tentang penggunaan senjata nuklir taktis dan non-strategis untuk memaksa musuh melakukan negosiasi yang dapat mengakibatkan penghentian konflik dengan syarat yang menguntungkan bagi Rusia.

Rusia yang telah menghalangi terlibatnya negara lain tampaknya akan membawa konflik menjadi berlarut-larut.

Baca juga: Telepon Erdogan, Putin Beberkan Tuntutan Rusia untuk Kesepakatan Damai dengan Ukraina

Rusia Sempat Uji Coba Rudal Hipersonik pada Februari

Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat. Pasukan Respons, di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky dekat kota Baranovichi di Belarus. - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Moskow, mengatakan pada 17 Februari 2022 bahwa negaranya akan siap menyambut
Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat. Pasukan Respons, di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky dekat kota Baranovichi di Belarus. - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Moskow, mengatakan pada 17 Februari 2022 bahwa negaranya akan siap menyambut "senjata nuklir" jika ada ancaman dari Barat, di tengah krisis di Ukraina. (Photo by Russian Defence Ministry/AFP)

Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan pencegah nuklir Rusia untuk waspada dalam peningkatan ketegangan dengan Barat atas invasi Moskow ke Ukraina.

Putin mengatakan, pada Minggu (27/2/2022) lalu, NATO telah membuat "pernyataan agresif" dan menjatuhkan sanksi keuangan yang keras terhadap Rusia dan Putin secara pribadi.

Menteri pertahanan dan panglima militer Rusia juga telah menempatkan pasukan pencegah nuklir dalam 'rejim tugas tempur khusus'.

Perintah tersebut menimbulkan ancaman ketegangan yang dapat mengarah pada penggunaan senjata nuklir.

"Ini tentu eskalasi. Latihan nuklir terakhir terjadi pada 19 Februari, ketika Putin menggelar latihan yang sangat besar di seluruh Rusia untuk menguji program nuklir negara itu dan kesiapannya,” kata koresponden Al Jazeera Moskow, Dorsa Jabbari.

Saat latihan itu, Kremlin mengatakan telah berhasil meluncurkan uji coba rudal hipersonik dan jelajah di target laut dan darat.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Putin, juga mengawasi latihan militer tersebut.

“Tampaknya ini adalah langkah lain dari Presiden Vladimir Putin untuk menunjukkan bahwa dia masih sangat kuat,” kata Jabbari.

Putin telah mengklaim Barat gagal untuk menganggap serius masalah keamanan Rusia tentang NATO, aliansi militer Barat yang dicita-citakan Ukraina untuk bergabung.

Duta Besar Amerika untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengecam keras langkah Putin.

“Itu berarti Presiden Putin terus meningkatkan perang ini dengan cara yang sama sekali tidak dapat diterima,” kata Thomas-Greenfield dalam sebuah wawancara di CBS.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan