Kamis, 21 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Diundang Jokowi, Putin dan Zelensky akan Bertemu di KTT G20 Bali, Kenapa Sikap AS Berubah?

Jokowi telah melakukan pembicara melalui sambungan telepon dengan kedua pemimpin negara yang tengah berperang itu.

Editor: Hasanudin Aco
ISTIMEWA
Foto dari kiri ke kanan: Volodymyr Zelenskyy, Vladimir Putin, 

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Profesor Aleksius Jemadu mengatakan jika benar Indonesia mengundang Zelensky ke acara puncak G20 maka itu merupakan "bagian dari upaya kompromi yang sedang berjalan".

"Indonesia harus mengakomodasi apa yang diminta oleh Amerika Serikat dalam menghadirkan Ukraina atau Zelensky di KTT G20," kata Aleksius kepada BBC News Indonesia, Kamis (28/04).

Dia menyebut langkah kompromi Indonesia ini sebagai upaya mencari "jalan tengah" agar KTT dapat terus berjalan dengan mengundang semua anggota G20 dan dua pihak yang berkonflik.

"Jalan tengah untuk menempatkan Indonesia sebagai pihak yang dapat diterima oleh semua pihak. Karena dengan itu, Indonesia bisa meneruskan agenda yang terus berjalan saat ini menuju ke KTT.

"Jadi penting sekali bagi Indonesia untuk menjangkau ke semua pihak, termasuk pihak Barat yang mengancam akan memboikot [kalau Rusia datang] KTT," paparnya.

Sikap AS Berubah?

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dilaporkan belum akan menentukan sikapnya soal KTT G20.

Meski beberapa hari lalu dia berkoar-koar telah menolak Presiden Rusia Vladimir Putin hadir di G20.

Biden dengan penasihatnya dilaporkan masih berdiskusi mengenai pendekatan mereka pada KTT G20 nanti.

Biden dengan tegas meminta agar Rusia dikeluarkan dari G20 setelah melakukan penyerangan ke Ukraina.

Ia juga telah berbicara dengan Indonesia, yang menjadi penyelenggara, untuk mengambil langkah mengutuk Rusia.

Namun belum ada keputusan para pemimpin untuk melakukan boikot G20 mengingat pertemuan G20 masih akan diselenggarakan 6 bulan lagi.

“Presiden secara terbuka mengungkapkan ia menentang Presiden Putin menghadiri G20,” tutur Sekretaris Gedung Putih, Jen Psaki, Jumat (29/4/2022).

Ia mengungkapkan masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana kemungkinan yang terjadi dari pertemuan G20.

“Masih 6 bulan lagi. Kami tak tahu bagaimana memprediksinya, pada titik ini kami belum bisa memprediksi bagaimana itu akan terlihat,” katanya.

Gedung Putih realistis, G20 tak akan secara kolektif menghapus Rusia dari jajarannya karena keputusan itu kemungkinan akan membutuhkan consensus.

Selain itu, China telah jelas tidak mendukung langkah seperti itu.

Hal itu jelas berbeda dari ketika Rusia dikeluarkan dari G8 setelah aneksasi Krimea pada 2014.

Sumber: Tribunnews.com/BBC Indonesia/Kompas.TV/CNN

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan