Konflik Palestina Vs Israel
Gaza Bergemuruh: Warga Sujud Syukur Setelah Kesepakatan Damai Hamas -Israel Diumumkan
Warga Gaza gemakan takbir usai kesepakatan damai Hamas–Israel ditekan, menandai harapan baru setelah 2 tahun warga menderita akibat perang
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengumumkan bahwa Hamas dan Israel telah menyepakati proposal perdamaian di Gaza, menandai langkah bersejarah setelah dua tahun konflik yang menelan puluhan ribu korban jiwa.
Dalam pernyataannya di Washington, Trump menyebut bahwa kesepakatan tersebut merupakan hasil negosiasi panjang yang digelar di Sharm El Sheikh, Mesir, dengan melibatkan perwakilan dari Qatar dan Mesir sebagai mediator utama.
“Ini bukan sekadar gencatan senjata, ini adalah awal dari perdamaian sejati di Timur Tengah,” ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih.
Kabar itu sontak disambut dengan euforia di Jalur Gaza, wilayah yang dua tahun terakhir porak-poranda akibat perang tanpa henti antara Hamas dengan Israel.
Di jalanan Gaza ribuan warga tampak bertumpahan sambil bersorak, mengumandangkan takbir.
Dalam salah satu rekaman yang diunggah jurnalis Palestina Saeed Mohamed melalui akun Instagram-nya, tampak kerumunan besar pria dan wanita menari mengikuti musik di luar Rumah Sakit al-Aqsa di pusat kota Deir al-Balah.
Mereka bersiul, bertepuk tangan, dan meneriakkan “Allahu Akbar!” sambil mengibarkan bendera Palestina di tengah reruntuhan bangunan yang masih berdebu akibat perang.
Hal serupa juga terjadi di Khan Younis, di mana kerumunan berkumpul di depan Rumah Sakit Nasser, menari dan bersorak dalam kegelapan menjelang fajar.
Bagi warga Gaza, kesepakatan ini bagai secercah cahaya di tengah kegelapan.
“Ini momen bersejarah yang telah lama kami tunggu setelah dua tahun pembunuhan dan genosida,” kata Khaled Shaat, warga Khan Younis, dikutip Reuters.
Baca juga: Warga Gaza Ragukan Rencana Gencatan Senjata Trump, Harapan dan Rasa Putus Asa Bercampur
Warga Masih Waspada, Takut Gencatan Senjata Kembali Gagal
Namun di tengah gegap gempita perayaan atas kabar gencatan senjata antara Hamas dan Israel, sebagian warga Gaza memilih untuk tetap waspada dan berhati-hati.
Mereka khawatir kesepakatan yang diumumkan dengan penuh optimisme itu akan berakhir seperti perjanjian damai sebelumnya, runtuh dalam ledakan dan darah.
Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Pasalnya dalam dua tahun terakhir, Gaza telah menjadi saksi dari rangkaian gencatan senjata yang rapuh.
Pada 2024 silam misalnya, gencatan senjata yang dimediasi Mesir dan Qatar hanya bertahan selama delapan hari sebelum kedua pihak kembali saling serang.
Selain itu, banyak warga merasa tidak ada jaminan keamanan yang nyata dari pihak internasional untuk memastikan perjanjian kali ini ditegakkan sepenuhnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.