Konflik Rusia Vs Ukraina
Klaim Senjata Laser Rusia Diledek Jadi Propaganda, Dicemooh Ukraina hingga AS Tak Lihat Buktinya
Klaim senjata laser Rusia mendapat cemoohan dari Ukraina hingga AS tidak melihat buktinya.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, Rusia mengklaim telah menggunakan senjata laser di medan perang di Ukraina.
Namun Amerika Serikat (AS) tidak melihat bukti tersebut dan Ukraina meledeknya sebagai propaganda.
Adapun klaim senjata laser ini pertama kali terungkap oleh Wakil Perdana Menteri Rusia yang bertanggungjawab atas pengembangan militer, Yury Borisov.
Borisov mengatakan kepada TV Rusia, prototipe laser yang disebut Zadira sedang dikerahkan di Ukraina dan telah membakar drone Ukraina dalam waktu lima detik pada jarak 5 km (tiga mil).
Menurutnya, laser tersebut merupakan tambahan untuk sistem laser sebelumnya yang disebut Peresvet.
Laser Peresvet diketahui dapat digunakan untuk menyilaukan satelit yang mengorbit tinggi di atas Bumi dan mencegah mereka mengumpulkan informasi.
"Jika Peresvet membutakan, maka senjata laser generasi baru mengarah pada penghancuran fisik target - penghancuran termal, mereka terbakar," kata Borisov, dikutip dari BBC.
Namun, seorang pejabat di Departemen Pertahanan AS mengatakan dia tidak melihat apa pun untuk menguatkan bukti laporan penggunaan laser di Ukraina.
Baca juga: Mengenal Zadira, Senjata Laser Terbaru Rusia Sang Penghancur Sasaran Hingga Radius 5 Km
Baca juga: Militer Rusia Gunakan Zadira, Senjata Laser Jenis Baru Penghancur Drone Ukraina
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meledek klaim Rusia dan membandingkannya dengan "senjata ajaib" yang diklaim Nazi Jerman selama Perang Dunia Kedua.
"Semakin jelas bahwa mereka tidak memiliki peluang dalam perang, semakin banyak propaganda tentang senjata luar biasa yang akan sangat kuat untuk memastikan titik balik," katanya dalam pidato video.
"Jadi kita melihat bahwa di bulan ketiga perang skala penuh, Rusia mencoba menemukan 'senjata ajaibnya' ini semua dengan jelas menunjukkan kegagalan total misinya," tambah Zelensky,
Klaim Senjata Laser di Israel
Diketahui, pada tahun 2017, pengumuman terkait program senjata laser yang kini diketahui bernama Zadira pernah disebut media Rusia.
Kala itu, media Rusia mengatakan perusahaan nuklir negara Rosatom telah membantu mengembangkannya sebagai bagian dari program untuk membuat senjata berdasarkan prinsip-prinsip fisik baru.
Namun setidaknya ada satu negara yang telah mengembangkan senjata laser.
Bulan lalu, Israel merilis video yang menunjukkan sistem laser menembak jatuh roket dan drone.
Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan, laser itu bisa menembak jatuh drone, mortir dan roket hanya dengan sekali tembak.
"Ini mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, tapi ini nyata," katanya, dikutip dari akun Twitternya.
Senjata Laser Menurut Pakar
Pakar pertahanan rudal Dr Uzi Rubin dari Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem (JISS) mengatakan, teknologi senjata laser tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan di medan perang di Ukraina.
Dr Rubin pun menganggap pernyataan dari Zelensky, benar adanya.
"Zelensky benar, itu bukan senjata yang aneh," katanya kepada BBC.
"Butuh beberapa detik untuk menembak jatuh UAV. Ada banyak cara yang lebih baik untuk melakukannya, menggunakan Stinger atau rudal anti-pesawat akan lebih murah, lebih cepat, dan jangkauannya lebih jauh," tambahnya.
Menurutnya, laser bekerja dengan mengirimkan seberkas cahaya inframerah yang memanaskan targetnya hingga terbakar.
Dr Rubin mengatakan, kekuatan senjata laser canggih sekalipun masih terlalu lemah untuk membuat perbedaan yang signifikan di medan perang, dan senjata semacam itu memiliki "tingkat pembunuhan" yang rendah.

"Ini tidak seperti di Star Wars di mana mereka mengarahkan senjata laser ke orang jahat dan dengan cepat menekan tombol dan orang jahat itu meledak. Pada kenyataannya, itu lebih seperti oven microwave belaka."
"Jika Anda ingin membuat secangkir air, rebuslah. butuh beberapa waktu. Lasernya sama. Anda harus meletakkannya di target dan menunggu sampai memanas dan menghancurkannya," katanya.
Ia menambahkan, laser hanya dapat fokus pada satu target di satu waktu, sementara sistem pertahanan rudal dapat menyerang beberapa target yang masuk secara bersamaan.
Selain itu, laser dinetralisir oleh cuaca buruk karena tidak bekerja dalam hujan atau salju dan tidak dapat menembus awan.
Baca juga: Senjata Antidrone Harpoon-3 Rusia Muncul di Medan Tempur Ukraina
Baca juga: Ejekan Zelensky Tanggapi Rusia Terjunkan Senjata Laser di Ukraina: Jelas Menunjukkan Kegagalan
Namun "Iron Beam" Israel memang memiliki alasan, terutama sebagai cara untuk menghemat uang.
Rudal pencegat Iron Dome Israel yang mahal dirancang untuk melindungi kota-kota besar dari rudal yang masuk, bukan peluru mortir atau drone.
"Peperangan rudal adalah perang sumber daya. Lebih murah membuat roket daripada bertahan melawannya. Jadi apa pun yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi biaya pertahanan akan berguna," kata Dr Rubin.
"Senjata energi dapat berguna dalam mengurangi biaya - tetapi itu tidak akan membuat revolusi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)