Jumat, 10 Oktober 2025

Ketua DPR AS Nancy Pelosi Kunjungi Armenia saat Gencatan Senjata dengan Azerbaijan

Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi mengunjungi Yerevan saat Armenia gencatan senjata dengan negara tetangga Azerbaijan.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
EPA/BBC
Ketua Kongres Amerika Serikat Nancy Pelosi. - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi mengunjungi Yerevan saat Armenia gencatan senjata dengan negara tetangga Azerbaijan. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi telah tiba di Ibu Kota Armenia, Yerevan pada Sabtu (17/9/2022), Al Jazeera melaporkan.

Pelosi tiba di Armenia saat gencatan senjata digelar setelah ledakan pertempuran dengan Azerbaijan yang menewaskan ratusan tentara dari kedua belah pihak.

Dia adalah pejabat tertinggi AS yang melakukan perjalanan ke Armenia sejak kemerdekaan negara miskin itu dari Uni Soviet pada 1991.

Kedutaan Besar AS mengatakan kunjungan Pelosi akan mencakup pertemuan dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.

Pada Jumat (16/9/2022), Pelosi mengatakan kepada wartawan di Berlin bahwa perjalanan itu adalah tentang hak asasi manusia dan menghormati martabat dan nilai setiap orang.

Legislator AS lainnya yang menemani Pelosi termasuk Frank Pallone, Ketua Komite Energi dan Perdagangan DPR, dan Anggota Kongres Jackie Speier dan Anna Eshoo.

Baca juga: Perang dengan Azerbaijan Memanas, 105 Tentara Armenia Tewas

Ketua Armenia Alen Simonyan mengatakan kepada wartawan bahwa kunjungan tiga hari Pelosi akan memainkan peran besar dalam memastikan keamanan.

Armenia dan Azerbaijan telah berperang dua kali, yakni pada 2020 dan 1990-an.

Perang itu memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh, daerah kantong Azerbaijan yang berpenduduk Armenia.

Perang pada 2020 menewaskan lebih dari 6.500 tentara dari kedua belah pihak dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.

Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan petak-petak wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade, dan Moskow mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaian Rusia untuk mengawasi gencatan senjata yang rapuh.

Rusia adalah sekutu militer Armenia dan juga mengupayakan hubungan persahabatan dengan Azerbaijan.

Pada Selasa (13/9/2022), bentrokan terburuk sejak konflik 2020 meletus, dengan Baku dan Yerevan saling menyalahkan atas penembakan.

Armenia menuduh Azerbaijan melakukan agresi tanpa alasan, tetapi para pejabat di Baku mengatakan militer mereka menanggapi serangan-serangan Armenia.

Pashinyan mengatakan sedikitnya 135 tentara Armenia tewas dalam pertempuran itu.

Kerabat tentara yang terluka dalam bentrokan perbatasan malam antara Armenia dan Azerbaijan, berkumpul di luar rumah sakit militer di Yerevan pada 13 September 2022. - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi mengunjungi Yerevan saat Armenia gencatan senjata dengan negara tetangga Azerbaijan.
Kerabat tentara yang terluka dalam bentrokan perbatasan malam antara Armenia dan Azerbaijan, berkumpul di luar rumah sakit militer di Yerevan pada 13 September 2022. - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi mengunjungi Yerevan saat Armenia gencatan senjata dengan negara tetangga Azerbaijan. (AFP)

Baca juga: Rusia Klaim Armenia dan Azerbaijan Capai Gencatan Senjata, Setelah Bentrokan Tewaskan 99 Tentara

Sementara Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan telah kehilangan 77 orang.

Bentrokan berakhir pada Kamis (15/9/2022) dengan mediasi dari "komunitas internasional," menurut pejabat di Yerevan.

Rusia ikut andil untuk gencatan senjata tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada wartawan bahwa bentrokan terbaru telah menjadi "terlokalisasi" di bawah "pengaruh" Moskow, Jumat (16/9/2022).

Ketika ditanya apakah Rusia memiliki sumber daya untuk mempertahankan pengaruhnya di wilayah tersebut mengingat fokus Moskow pada konflik hampir tujuh bulan di Ukraina, dia menjawab: "Seperti yang Anda lihat, ada cukup".

Namun AS membantah klaim Rusia itu.

Seorang pejabat AS mengatakan pada saat gencatan senjata bahwa Washington tidak "melihat indikasi upaya Rusia berkontribusi secara positif untuk mengamankan gencatan senjata terbaru".

Sebagai tanda tantangan potensial, Simonyan, pembicara bahasa Armenia, pekan lalu menyatakan ketidaksenangan dengan tanggapan aliansi militer pimpinan Rusia atas permintaan bantuan Yerevan, kantor berita Interfax melaporkan.

Armenia meminta Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Moskow untuk campur tangan, tetapi sejauh ini baru saja mengirim tim pencari fakta ke wilayah tersebut.

"Kami sangat tidak puas, tentu saja. Harapan yang kami miliki tidak dibenarkan," kata Simonyan kepada televisi nasional, menyamakan CSTO dengan pistol yang tidak menembakkan peluru, kata Interfax.

Memperhatikan Armenia juga memiliki perjanjian tentang bantuan timbal balik dengan Rusia, dia mengatakan "kami mengharapkan langkah yang lebih nyata dari mitra Rusia kami, bukan hanya pernyataan atau setengah kata".

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved