Ratu Elizabeth II wafat, apa saja tantangan terberat yang dihadapi Raja Charles III memimpin Inggris?
Raja Charles bertakhta di tengah tantangan kesulitan ekonomi yang melanda Inggris dan menurunnya dukungan untuk monarki, terendah dalam 30 tahun.
Sean Coughlan, wartawan BBC untuk urusan kerajaan, percaya bahwa mendefinisikan kembali hubungan yang lebih modern dengan Persemakmuran akan menjadi "tantangan utama" bagi Raja Charles.
"Sebagai pemimpin baru negara-negara Persemakmuran, bagaimana kunjungannya ke negara-negara itu dapat menavigasi warisan sulit kolonialisme dan isu-isu seperti perbudakan?"
Raja "veteran"
Pada usia 73 tahun, Charles III adalah bangsawan tertua yang pernah dinobatkan sebagai Raja di Inggris.
Salah satu pertanyaan tentang hari-hari pemerintahannya adalah seberapa banyak daftar tugas kerajaan yang harus dia laksanakan sendiri.
Ada banyak spekulasi bahwa putranya dan ahli waris mahkota, Pangeran William, akan turun tangan untuk berbagi beban tugas kerajaan, terutama tur ke luar negeri.
Ratu Elizabeth II sendiri berhenti bepergian ke luar negeri pada usia delapan puluhan.
"Charles adalah raja tua. Dia tidak bisa melakukan semuanya," kata sejarawan Kelly Swab.
"Saya berharap kita akan melihat lebih banyak Pangeran William sebagai hasilnya."
Sejarawan Peter Carey: 'Tantangan terbesar membangun cara diplomasi sendiri'
Semasa masih bergelar Pangeran Wales, Raja Charles dikenal vokal menyuarakan berbagai isu hangat, seperti masalah lingkungan dan pembangunan. Namun sebagai penguasa, kini raja terikat dengan protokol-protokol. Pendahulunya, mendiang ibunda Ratu Elizabeth II dikenal sebagai diplomat ulung.
Kepada wartawan BBC Indonesia, Rohmatin Bonasir, sejarawan asal Inggris, Peter Carey berpendapat salah satu tantangan terbesar raja baru adalah membangun cara diplomasi sendiri.
"Tantangan bagi Charles adalah untuk bisa dengan halus dan cukup tegas membuat salah satu sistem yang berhasil tanpa ada kesan bahwa dia campur tangan dengan isu dari partai politik. Sebab, dia terkenal dengan penuh semangat berkampanye untuk lingkungan, ekologi, pemanasan global, masa depan dari bumi manusia. Tapi waktu dia menjadi raja, sistem yang dia harus pakai adalah jauh hati-hati tapi juga tegas. Dan itu suatu keseimbangan, suatu kebijakan yang harus dia kembangkan.
Tantangan kedua adalah bahwa dia sebenarnya dari generasi yang sudah agak tua. Apakah dia akan ada respons yang betul-betul hangat dan mendukung dari garis rakyat atau lapis dari rakyat yang jauh lebih muda? Saya kira, kalau saya menjadi penasihat untuk Charles, saya merasa bahwa dia sebenarnya harus bertakhta sebentar lantas mengundurkan diri supaya William (Pangeran William) bisa menjadi raja."
Peran besar untuk diisi
Sebagaimana dibuktikan oleh curahan kesedihan di seluruh negeri setelah kematiannya, Elizabeth II adalah seorang ratu yang sangat populer.
Itu merupakan tantangan bagi Raja baru - tetapi bukan tantangan yang tidak dapat diatasi, menurut sejarawan kerajaan Evaline Brueton.
Dia mengacu pada keadaan di mana Edward VII mewarisi mahkota pada tahun 1901 setelah kematian Ratu Victoria, pemimpin yang sangat dicintai rakyat.
"Ada kesamaan yang menarik antara saat kita hidup sekarang dan akhir Era Victoria," kata Brueton.
"Baik Edward VII dan Charles III mengambil alih periode perubahan sosial di Inggris. Dan keduanya tidak sepopuler ibu mereka."
Edward VII berkuasa hanya selama sembilan tahun (1901-1910).
Tetapi, dia dikenang sebagai raja yang terlibat dalam upaya diplomatik yang meletakkan dasar untuk Entente Cordiale yang terkenal, serangkaian perjanjian terobosan antara Inggris dan Prancis yang ditandatangani di 1904.
"Edward VII melakukannya dengan sangat baik dan tidak ada yang menganggap Charles tidak akan diingat sebagai Raja yang penting juga," percaya Brueton.
"Dia memiliki Ratu Elizabeth II sebagai panutan yang hebat dan memiliki waktu untuk mempersiapkan tugas itu."