Selasa, 28 Oktober 2025

Ahli Meteorologi: Inggris Hadapi Musim Dingin yang Lebih Dingin dari Biasanya

Inggris akan menghadapi musim dingin yang lebih dingin dari biasanya, 'sedikit lebih tinggi' dari biasanya.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
AFP/JOSEPH PREZIOSO
Ahli Meteorologi: Inggris Hadapi Musim Dingin yang Lebih Dingin dari Biasanya 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Badan Meteorologi Inggris, Met Office menilai probabilitas bahwa Inggris akan menghadapi musim dingin yang lebih dingin dari biasanya, 'sedikit lebih tinggi' dari biasanya.

Pernyataan ini disampaikan pada Senin lalu, dalam perkiraan tiga bulannya.

Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (2/11/2022), para Ahli Meteorologi menyampaikan bahwa ada kemungkinan 25 persen musim mendatang akan menjadi dingin, potensinya 1,3 kali dari biasanya.

Padahal negara itu bersiap menghadapi krisis energi yang diperparah oleh sanksi anti-Rusia dan penurunan tajam pasokan energi Rusia ke Eropa.

Pada saat yang sama, Met Office mengatakan bahwa 'kemungkinan untuk Inggri mengalami kondisi kekeringan lebih besar dari biasanya', sedangkan untuk mengalami badai 'lebih kecil kemungkinannya dari biasanya'.

Perlu diketahui, Oktober di Inggris luar biasa hangat, dengan suhu pada akhir pekan lalu mencapai di atas 20 derajat Celcius atau 68 derajat Fahrenheit).

Cuaca yang sejuk mengindikasikan bahwa tidak ada lonjakan permintaan energi.

Begitu pula harga gas, sebenarnya telah turun dari puncak musim panasnya.

Namun demikian, Inggris sedang mempersiapkan untuk musim dingin yang menantang.

Meskipun tidak secara langsung bergantung pada pasokan energi Rusia, Inggris biasa mengimpor gas dan listrik dari benua Eropa selama bulan-bulan terdingin dan cuaca ekstrem.

Baca juga: Ukraina Terancam Jalani Musim Dingin Tanpa Listrik Imbas Serangan Udara Rusia

Namun pada tahun ini, negara-negara Eropa menghadapi krisis energi yang parah di tengah upaya untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada bahan bakar Rusia.

Akhir bulan lalu, Centrica Plc mengumumkan bahwa mereka membuka kembali Rough yang berbasis di Laut Utara yang merupakan fasilitas penyimpanan gas terbesar di negara itu, setelah penghentian selama 5 tahun.

Meskipun akan beroperasi hanya sekitar 20 persen dari kapasitas sebelumnya, perusahaan itu masih akan menambah 50 persen cadangan Inggris.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved