Selasa, 28 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Mulai Produksi Massal Jet Tempur Siluman Su-57 untuk Lawan F-22 AS dan F-35 NATO

Rusia telah memulai produksi jet tempur Su-57 untuk melawan NATO di era persaingan kedirgantaraan dan geopolitik yang semakin ketat

national interest
PRODUKSI MASSAL - Jet tempur Su-57 generasi kelima Rusia. Jet tempur berteknologi siluman ini dilaporkan mulai diproduksi massal untuk menandingi F-22 dan F-35 yang dimiliki AS dan NATO. 

Rusia Mulai Produksi Massal Jet Tempur Siluman Su-57 untuk Lawan F-22 AS dan F-35 NATO

TRIBUNNEWS.COM - Rusia dilaporkan sudah memulai produksi serial jet tempur siluman Sukhoi Su-57.

Langkah Rusia ini, ulas situs militer dan pertahanan DSA, menggambarkan tekad negara itu untuk mengejar ketertinggalan mereka soal kekuatan udara dari negara-negara Barat, khususnya dari NATO.

Baca juga: Mengapa Rusia Mau Bikin Jet Tempur Su-57 di India? AS Kalah Langkah Sodorkan F-35

"Langkah ini menandai lompatan yang menentukan bagi Pasukan Dirgantara Rusia dalam upaya mereka untuk mencapai dominasi udara melalui teknologi siluman, kemampuan multiperan yang mematikan, dan kinerja tempur yang sangat tangguh terhadap ancaman dari kekuatan yang sebanding," tulis ulasan DSA, Senin (27/10/2025).

Pengumuman Rusia pada akhir Oktober 2025 ini menandai resminya negara tersebut untuk memproduksi berkelanjutan pesawat tempur generasi kelima setelah bertahun-tahun menghadapi kendala pembelian dan volume produksi awal yang terbatas.

"Langkah produksi massal Su-57 ini sejalan dengan kebijakan modernisasi militer Moskow untuk memastikan angkatan bersenjatanya tetap siap menghadapi perluasan kemampuan udara NATO saat dunia menghadapi konfrontasi geopolitik tingkat tinggi, yang diperburuk oleh perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan meningkatnya ketegangan antara Timur dan Barat," kata laporan DSA.

United Aircraft Corporation, perusahaan Rusia yang memasok jet tempur itu untuk militer Rusia mengonfirmasi kalau lini produksi pesawat siluman akan beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi.

Angkatan Udara Rusia disebutkan akan mendapat sebanyak 76 unit Su-57 pada tahun 2027 sebagaimana ditetapkan dalam kontrak pemerintah multi-tahun yang ditandatangani pada tahun 2019.

"Besarnya pesanan tersebut menjadikan Su-57 sebagai pilar strategi dominasi udara tempur Rusia di masa depan, dengan misi untuk secara langsung menantang armada F-22 Raptor dan F-35 Lightning II milik Angkatan Udara AS di wilayah udara yang disengketakan," tulis DSA.

Di sisi lain, Rusia juga secara bersamaan mempercepat pengembangan pesawat generasi kelima yang lebih kecil dan lebih murah, Su-75 Checkmate.

Langkah ini sebagai strategi ekspor dengan memperluas portofolio pesawat tempurnya dan membuka peluang pasar ekspor bilateral, yang bertujuan untuk bersaing dengan penjualan pesawat Barat dan memperluas pengaruh diplomasi pertahanan Moskow.

"Lonjakan produksi Su-57 menggambarkan tekad Rusia untuk mempertahankan kemandirian teknologi dan menangkis sanksi Barat yang bertujuan melumpuhkan basis industri kedirgantaraan negara itu, sehingga semakin meningkatkan persaingan global di arena pesawat siluman," tulis DSA.

Jet tempur generasi kelima Su-57
Jet tempur generasi kelima Su-57 (Sergei Bobylev/TASS)

Evolusi Su-57: Dari Prototipe hingga Jadi Jet Tempur Aktual

Su-57, yang dikenal oleh NATO sebagai Felon, dikembangkan melalui program PAK FA yang diluncurkan pada tahun 1999 untuk memproduksi pesawat tempur pertama Rusia yang mampu menandingi dan mengalahkan pesawat siluman yang dioperasikan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Insinyur Sukhoi merancang pesawat ini sebagai pengganti armada era Soviet seperti Su-27 Flanker dan MiG-29 Fulcrum dan untuk menetapkan standar baru dalam penerbangan taktis Rusia yang didasarkan pada kemampuan siluman, kendali penerbangan canggih, kemampuan peperangan yang berpusat pada jaringan, dan kelincahan super yang berkelanjutan.

Prototipe pertama pesawat itu, dinamai T-50, melakukan penerbangan perdananya pada tahun 2010, tetapi program tersebut menghadapi tantangan struktural, integrasi sensor, dan masalah mesin yang menunda status operasionalnya hampir satu dekade.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved