Penculikan anak di Makassar untuk dijual ginjalnya, mengapa tawaran jual-beli organ tubuh manusia masih beredar di media sosial?
Keberadaan penawaran jual-beli ginjal di media sosial bisa menjadi pintu masuk kejahatan sindikat perdagangan orang.
Seorang bocah 11 tahun di Makassar, Sulawesi Selatan, diculik dan dibunuh dua remaja, karena mereka tergiur uang Rp1,2 miliar dari tawaran jual-beli ginjal di media sosial.
Kepolisian Indonesia mengatakan kasus ini tidak terkait jaringan jual-beli organ tubuh, tapi BBC News Indonesia menemukan penawaran dan permintaan ginjal dengan imbalan uang masih beredar di media sosial.
Seorang ahli kesehatan masyarakat menyebut, tawar menawar ginjal di media sosial bisa berpotensi menjadi pintu masuk sindikat perdagangan orang.
Sementara Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan sanksi berlapis bagi tenaga kesehatan yang terlibat operasi transplantasi ilegal.
Pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika mengklaim terus melakukan penjaringan dugaan transaksi organ tubuh yang mencurigakan di internet.
Karmin masih belum bisa beranjak dari makam anaknya, Muh. Fadil Sadewa, 11 tahun. Di makam yang masih basah dengan taburan bunga segar di atasnya, Karmin terus mengelus nisan anak keduanya itu, sambil mengenang pujaan hati.
“Dewa istilahnya memang jiwa-jiwa pekerja keras, tidak menyusahkan orang tua dan tidak pernah mengeluh dalam kondisi apapun walau berat bagaimanapun pekerjaan,” jelas Karmin yang tahun ini berusia 33 tahun.
Selama hidup, Dewa lebih sering bersama neneknya, Aminah Dg Bau. “Dia bilang mau jadi tentara,” kenang Aminah di rumahnya.
Muh. Fadil Sadewa, ditemukan tewas di kolong jembatan Jalan Inspeksi Pam Timur, Waduk Nipa-Nipa, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (10/1).
Belakangan diketahui, bocah kelas 5 SD ini diculik dan dibunuh oleh dua remaja, berinsial A (17 tahun) dan F (14 tahun). Keduanya didorong tawaran penjualan ginjal dengan harga tinggi di media sosial.
Bagaimana kronologi kejadian ini?
Kakek Dewa, Jamaluddin Dg Tappa, bercerita kejadian ini dimulai Minggu sore (8/1).
Waktu itu, ada seorang pengendara motor menawari cucunya untuk membersihkan rumah dengan imbalan uang Rp50.000. Tetapi sampai malam hari, Dewa belum juga pulang ke rumah.
“Sebelum Magrib diambil, dibonceng. Setelah Isya datang di sini sepupu satu kalinya bilang nenek-nenek belum datang Dewa? Ada orang bonceng dia. Jadi saya pencarian sampai pagi,” katanya.
Dari situ, Jamaluddin bersama warga datang ke lokasi terakhir cucunya itu terlihat untuk membuka kamera CCTV, Senin (9/1). Sehingga ketahuan siapa pelaku yang menjemput.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.