Konflik Rusia Vs Ukraina
Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun Ultimatum NATO: Berhentilah Menjadi 'Pembuat Onar'
Zhang Jun mendesak NATO untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin-nya dan berhenti menjadi 'pembuat onar'.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Zhang Jun mengatakan bahwa 'masalah keamanan' Eropa saat ini adalah terkait desakan NATO untuk mengejar keamanan absolut dan pengecualian politiknya terhadap negara-negara tertentu.
Berbicara dalam pengarahan Dewan Keamanan (DK) PBB pada Jumat lalu, utusan tersebut mencatat bahwa krisis yang sedang berlangsung di Ukraina adalah hasil dari ekspansi NATO yang terus berlanjut ke arah timur.
Baca juga: Rusia-China Kian Harmonis, NATO Kelabakan Desak Sejumlah Negara untuk Tetap Netral
Ia pun mendesak blok militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin-nya dan berhenti menjadi 'pembuat onar'.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (19/2/2023), Zhang juga menunjukkan perilaku 'kontradiksi diri' NATO, di mana blok tersebut mempromosikan dirinya sebagai 'aliansi pertahanan'.
Namun pada saat yang sama terus berusaha untuk 'melanggar batas geografisnya dan memperluas agendanya, memicu perpecahan dan ketegangan, menciptakan ketakutan dan konfrontasi'.
"Mengejar keamanan absolut dan pengucilan politik serta penahanan secara paksa terhadap partai tertentu adalah alasan utama mengapa Eropa berada dalam situasi keamanan yang buruk. Eropa, bahkan seluruh dunia, akan terperangkap dalam kekacauan yang lebih besar, kecuali NATO mengubah pola pikirnya," tegas Zhang.
Diplomat itu mengulangi seruan China untuk gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, dan mendesak agar dua negara tersebut memulai negosiasi perdamaian sesegera mungkin.
Ia juga menyarankan agar AS, Uni Eropa (UE) dan NATO duduk bersama Rusia untuk melakukan 'dialog yang komprehensif dan mendalam' berdasarkan prinsip keamanan yang tidak dapat dipisahkan.
Baca juga: Terlalu Bersemangat Pasok Ribuan Arteri Perang ke Ukraina, NATO Pening Stok Senjata Menipis
"Mereka harus mendiskusikan bagaimana membangun arsitektur keamanan yang seimbang, efektif dan berkelanjutan serta mewujudkan keamanan bersama," papar Zhang.
Dia menambahkan bahwa sangat penting untuk menghentikan setiap upaya percikan agar dapat menghindari eskalasi dan perluasan konflik lebih lanjut.
Sementara itu, China telah melihat hubungannya sendiri dengan AS memburuk ke posisi baru terendah atas jatuhnya balon mata-mata yang diklaim milik China pada awal bulan ini.
AS pun telah mengumumkan akan menutup komunikasi militer dengan China setelah insiden itu dan menjatuhkan sanksi pada perusahaan serta institusi China yang terlibat.
China pun membantah tuduhan itu, dengan alasan bahwa balon tersebut adalah pesawat sipil.
Kendati demikian, pihaknya berjanji akan melakukan pembalasan atas insiden tersebut dan telah mengurangi hubungan militer dan diplomatiknya dengan AS.
China juga telah berulang kali mengkritik AS karena mengizinkan sejumlah pejabatnya melakukan kunjungan berulang kali ke pulau Taiwan yang berpemerintahan sendiri.
Padahal Taiwan dianggap China sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.
Karena Gedung Putih juga terus memberi lampu hijau terkait penjualan senjata untuk militer Taiwan, maka China memberlakukan sanksi terhadap produsen senjata AS Raytheon dan Lockheed Martin.
Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Terbuka Bertemu Zelensky, tapi Hanya jika Syarat Ini Dipenuhi |
---|
Donald Trump Mengatakan Kapal Selam Nuklir Sudah Berada di Wilayah Rusia |
---|
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.258: Ajudan Trump Tuduh India Biayai Perang Lewat Impor Minyak Rusia |
---|
Rusia Modifikasi Drone Iran, Shahed Kini Bertenaga Jet, Kecepatan 800 Km/Jam, Ukraina Kelimpungan |
---|
Serangan Balik Ukraina! Bus Tentara Chechnya Meledak, Rusia Kehilangan Sistem Perang Elektronik |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.