Jumat, 22 Agustus 2025

Xi Jinping dan Vladimir Putin: Apa yang bisa diharapkan dari China-Rusia atas perang di Ukraina?

Saat Presiden China, Xi Jinping, berkunjung ke Moskow untuk menemui Presiden Rusia, Vladimir Putin, keduanya akan membahas Ukraina.…

Setelah Xi tiba di Moskow, dia dan Putin mungkin berbicara tentang hal-hal lain, tetapi semua perhatian akan tertuju pada krisis Ukraina.

Sinyalnya kepada Vladimir Putin hanya bisa membuahkan salah satu dari tiga hal:

  1. Saatnya mempertimbangkan untuk mundur dari Ukraina dengan beberapa kompromi yang dapat menyelamatkan reputasi
  2. Lampu hijau untuk terus berjalan atau bahkan menggempur lebih keras
  3. Xi tidak menyarankan kedua hal itu.

Xi datang ke Moskow berbekal reputasi menengahi kesepakatan Iran dan Arab Saudi sehingga keduanya dapat membangun kembali hubungan diplomatik. China menjadi semakin siap untuk hadir pada hal-hal yang jauh di luar batasnya. Alhasil, opsi ketiga tampaknya tidak mungkin ditempuh Xi.

Untuk opsi satu, jika Beijing mampu menjadi pembawa perdamaian global di Ukraina sama seperti menengangi kesepakatan Iran-Saudi, reputasi Xi semakin mengilap.

Namun, masalah utamanya adalah sejauh mana opsi pertama akan menguntungkan China.

Pilihan yang paling suram adalah nomor dua, tetapi ada sebuah pandangan bahwa perang Rusia dengan Ukraina merupakan strategi geopolitik Beijing.

Kremlin menghadapi Barat dan menguras sumber daya NATO. Semakin lama perang berlangsung, hasrat publik Barat untuk mengalami konflik lanjutan akan semakin menurun jika militer China bergerak merebut Taiwan dengan paksa.

Bisa jadi perhitungan Beijing bahwa semakin lama perang berlanjut, semakin sedikit orang ingin terlibat dalam perang lain.

Klaim netralitas pemerintah China juga tidak sesuai dengan laporan media di dalam China.

Buletin TV malam di China sesuai dengan pandangan Kremlin. Bahkan media di China menyediakan sebagian besar ruang pemberitaan untuk menyalahkan "Barat" atas "konflik". Mereka tidak berbicara tentang "perang" dan tidak akan pernah mengacu pada "invasi" ke Ukraina.

Di depan umum, China mengatakan kedaulatan semua negara harus dihormati (yaitu Ukraina), tetapi pada saat yang sama mengamini "kekhawatiran keamanan yang sah" dari negara lain (yaitu Rusia).

Namun bukan Kyiv yang dikunjungi Xi Jinping. Tapi Moskow.

Jadi, ketika Xi berkunjung ke Moskow, pilihannya ada dua: Putin khawatir tentang goyahnya dukungan China atau lega mendapat dukungan salah satu dari dua orang paling berkuasa di planet ini.

Kemungkinan terbesar ada pada pilihan kedua.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan