50 Tahun perang Vietnam, mengapa AS kalah dalam pertempuran ini?
Pada peringatan 50 tahun sejak penarikan terakhir pasukan AS, kami mewawancarai dua ahli untuk menjelaskan mengapa AS kalah dalam…
Setelah Perang Dunia Kedua, tidak bisa disangkal bahwa AS merupakan kekuatan ekonomi terkemuka sekaligus memiliki militer yang juga sangat kuat.
Namun setelah setidaknya delapan tahun pertempuran dan mengerahkan banyak uang serta tenaga, AS dikalahkah oleh pasukan Vietnam utara dan sekutu gerilya mereka, Viet Cong.
Pada peringatan 50 tahun sejak penarikan pasukan tempur AS terakhir pada 29 Maret 1973, kami bertanya kepada dua pakar dan akademisi bagaimana AS akhirnya kalah dalam Perang Vietnam.
Saat itu adalah puncak dari Perang Dingin, di mana kekuatan dunia komunis dan kapitalis saling berhadapan.
Prancis, yang bangkrut akibat Perang Dunia Kedua, telah berusaha namun gagal mempertahankan koloninya di Indochina. Sebuah konferensi perdamaian telah membagi Vietnam menjadi negara komunis di wilayah utara dan negara yang didukung oleh AS di selatan.
Namun kekalahan Prancis tidak mengakhiri konflik di negara itu. Didorong oleh kekhawatiran seluruh Vietnam dan negara-negara di sekitarnya menjadi komunis, AS terseret ke dalam perang yang akan berlangsung selama satu dekade dan menelan jutaan nyawa.
Jadi bagaimana kekuatan militer terkemuka di dunia kalah dalam perang karena pemberontakan di negara baru yang miskin di Asia Tenggara? Inilah pendapat dua ahli soal beberapa penjelasan yang paling umum.
Tugas yang terlalu berat
Berperang di belahan dunia lain adalah tugas yang sangat besar.
Pada puncak peperangan, AS menempatkan lebih dari setengah juta tentara di Vietnam.
Biaya yang dihabiskan untuk itu pun sangat mencengangkan. Pada tahun 2008, sebuah laporan Kongres AS memperkirakan total pengeluaran untuk perang adalah US$686 miliar (lebih dari US$950 miliar atau Rp14.323 triliun dalam kurs saat ini).
Tetapi AS menghabiskan lebih dari empat kali lipat lebih banyak pada Perang Dunia II dan berhasil menang. Belum lama sejak saat itu, AS juga terlibat perang jarak jauh di Korea, sehingga mereka sangat percaya diri.
Dr Luke Middup, spesialis kebijakan luar negeri dan pertahanan AS di Universitas St Andrews, Inggris, mengatakan ada optimisme pada tahun-tahun awal perang.
"Ini adalah salah satu dari hal-hal yang sangat janggal dalam Perang Vietnam," kata Middup kepada BBC.
"AS sangat menyadari ada banyak masalah. Ada banyak keraguan soal apakah tentara AS dapat beroperasi di kondisi ini, namun pemerintah AS hingga tahun 1968 yakin bahwa mereka pada akhirnya akan menang."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.