Kamis, 21 Agustus 2025

Perundungan daring picu korban jiwa, perempuan muda di China bunuh diri setelah dirundung warganet

Budaya kolektivis dan kurangnya tekanan terhadap perusahaan media sosial untuk memastikan keselamatan pengguna telah menyebabkan perundungan

Efek gabungan itu yang menurut dia “membuat korban merasa tidak berdaya”.

Buku harian Wuhan

Meski kata-kata tajam tidak selalu bermuatan politik, pemerintah China “menoleransi jenis perundungan daring tertentu” oleh nasionalis sayap kanan, kata Fang Kecheng, seorang profesor jurnalisme di The Chinese University Hongkong.

Subjek serangan semacam itu mayoritas merupakan orang-orang yang dianggap mencemarkan citra China di mata dunia.

Michael Berry, yang menerjemahkan Wuhan Diary—jurnal yang diterbitkan oleh penulis Fang Fang selama dia menjalani karantina wilayah akibat Covid di Wuhan—telah menjadi sasaran perundungan semacam itu.

"Beberapa orang mengancam akan membunuh saya dan keluarga saya jika kami kembali ke China," kata Dr Berry dalam wawancara dengan WhyNot, sebuah majalah yang berbasis di AS.

"Banyak dari pesan ini berisi ancaman serius dan memperlihatkan kebencian yang mendalam. Beberapa pengguna mengirimi saya ancaman seperti ini setiap hari."

Fang Fang juga menghadapi beragam reaksi daring. Beberapa menuduhnya memberikan “pedang raksasa” kepada orang asing untuk menyerang China.

Penulis majalah New Yorker, Fan Jiayang dan ibunya juga diserang oleh kelompok nasionalis China secara online, menyebut mereka pengkhianat, setelah dia mempublikasikan perjuangan ibunya dengan ALS, penyakit motor neuron, di tengah pandemi.

Banyak yang percaya bahwa platform media sosial di China harus dimintai pertanggungjawaban yang lebih besar, sebagaimana platform lainnya di dunia.

"Sangat sulit bagi para korban untuk mencari perlindungan dan ganti rugi hukum," kata asisten profesor Fang.

"Ada sangat sedikit kasus di mana pelanggar dan platform dihukum."

Itu karena masalah perundungan daring tidak diprioritaskan oleh media sosial China maupun pemerintah China, yang malah menjalankan mesin sensor ekstensif untuk membungkam perbedaan pendapat atau segala bentuk percakapan politik.

Kata kunci pencarian yang disensor

Platform media sosial di China disebut tunduk setelah sejumlah istilah pencarian yang disensor terus bertambah.

Baru-baru ini misalnya, kata-kata seperti “Urumqi” dan “Shanghai, yang merupakan tempat protes anti-Covid terjadi, turut disensor.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan