Senin, 8 September 2025

Kekacauan di Port Sudan ketika ribuan orang bergegas kabur dari konflik militer

Port Sudan dengan cepat dipadati ribuan pengungsi yang hendak meninggalkan Sudan di tengah konflik yang terjadi. Kepala Koresponden…

Hotel-hotel setempat dibanjiri orang-orang dengan paspor dari berbagai negara, bersama dengan layanan konsuler darurat yang didirikan dengan cepat oleh berbagai kedutaan yang telah mengevakuasi sebagian besar staf mereka dari ibu kota.

Banyak yang khawatir tidak punya peluang untuk mengungsi. Port Sudan kini dipenuhi oleh orang-orang yang memegang paspor kurang beruntung, termasuk warga Yaman, Suriah, dan Sudan.

Sekitar 3.000 warga Yaman, kebanyakan pelajar, telah terjebak selama berminggu-minggu di Port Sudan.

”Para petugas Saudi membantu menyelamatkan sebagian dari warga Yaman, namun mereka khawatir jika memperbolehkan mereka masuk dalam jumlah besar,” ungkap seorang penasihat keamanan yang mencoba membantu mereka menemukan jalan kembali ke Yaman yang juga dilanda perang.

Baca juga:

'Tolong bantu kerabat kami yang masih tertinggal di Sudan'

Para penumpang yang datang di Kerajaan Arab Saudi diinapkan sementara di hotel. Tetapi sudah jelas diketahui bahwa utusan dari negara-negeara mereka akan segera membayar tagihan penginapan itu dan meneruskan tahap perjalanan berikutnya.

Mohanad Hashim melihat sekitar dermaga di Port Sudan. Ia berharap dapat menemukan salah seorang kerabatnya di Sudan yang mungkin berusaha keluar juga.

Sehari sebelumnya, di pangkalan Angkatan Laut Raja Faisal di Jeddah tempat kami memulai perjalanan, dia tiba-tiba mendapati dirinya memeluk seorang sepupu yang berhasil sampai di Jeddah bersama dengan dua anaknya yang masih remaja, setelah menempuh perjalanan selama 18 jam melintasi Laut Merah.

Bagi para warga Sudan pemiliki paspor asing yang berhasil keluar dari negara tersebut, momen itu terasa campur-aduk.

“Tolong, tolong bantu kerabat kami yang masih tertinggal di Sudan,” pinta seorang perempuan berhijab merah muda bernama Rasha. Seorang anak tidur di pundaknya, tiga anak lainnya memegang bunga yang dibagikan kepada mereka oleh tentara Arab Saudi.

“Tolong beri tahu dunia untuk melindungi Sudan,” ia meminta kami. Keluarga mereka tinggal dekat Sport City di Khartoum, di mana suara tembakan terdengar pada Sabtu (15/4) pagi.

Putrinya yang berusia delapan tahun, bernama Leen, berbicara dalam Bahasa Inggris yang fasih dengan aksen Amerika. Dia menceritakan dengan sangat rinci bagaimana sekelompok orang bersenjata masuk ke rumah mereka.

“Kami semua harus bersembunyi, kami semua bersepuluh [bersembunyi] di ruang belakang," katanya dengan keberanian muda.

"Saya tetap tenang. Saya tidak menangis karena kami tidak boleh bersuara."

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan