Kamis, 14 Agustus 2025

Perang Saudara di Sudan

Jenderal Militer Sudan: Tak Ada Manfaat Berdialog dengan RSF Tanpa Gencatan Senjata

Dialog yang didukung Amerika Serikat (AS) itu dimulai pada Sabtu lalu antara SAF dan RSF paramiliter saingannya.

AFP/-
Gambar yang diambil pada 16 April 2023 ini menunjukkan tentara Sudan, yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, memeriksa pangkalan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di kota Laut Merah, Port Sudan. - Pejuang perang di Sudan mengatakan mereka telah menyetujui jeda kemanusiaan selama berjam-jam, termasuk untuk mengevakuasi yang terluka, pada hari kedua pertempuran kota yang mengamuk yang menewaskan lebih dari 50 warga sipil termasuk tiga staf PBB dan memicu protes internasional. (Photo by AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Penguasa militer Sudan atau Pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan dialog yang berlangsung di Arab Saudi dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter tidak akan bermanfaat tanpa adanya gencatan senjata.

Pernyataan Al-Burhan pada Senin lalu ini muncul saat faksi yang bertikai mengadakan pembicaraan di Jeddah, Arab Saudi dalam upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah yang telah menewaskan ratusan orang dan memicu eksodus massal.

Dialog yang didukung Amerika Serikat (AS) itu dimulai pada Sabtu lalu antara SAF dan RSF paramiliter saingannya.

Sejauh ini tidak ada kemajuan yang dilaporkan dalam pembicaraan yang berfokus pada kemungkinan memperkenalkan gencatan senjata yang berlangsung lama.

"Kita dapat mendiskusikan penyelesaian setelah kita mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen di Khartoum," kata al-Burhan dalam wawancara telepon langsung dengan AlQahera News.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (10/5/2023), ia memperingatkan bahwa perang akan menyebar ke seluruh Sudan jika perpecahan terjadi di Khartoum, ibu kota Sudan.

"Situasinya stabil di semua negara bagian, kecuali Khartoum," kata al-Burhan seperti dikutip media lokal Mesir.

Untuk menghindari menjadi sasaran pasukan militer, ia menambahkan bahwa anggota RSF yang 'brutal dan menindas' sedang 'mencari perlindungan di rumah-rumah sipil dan di pusat-pusat layanan'.

Seorang diplomat Arab Saudi yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa diskusi tersebut 'tidak menghasilkan kemajuan besar'.

Baca juga: 280 WNI Masih di Sudan, Gus Imin: Pastikan Mereka Aman dan Selamat

"Gencatan senjata permanen tidak ada di atas meja, kedua belah pihak yakin mereka mampu memenangkan pertempuran," tegas diplomat itu.

Para pejuang sebelumnya mengatakan bahwa mereka hanya akan mencoba untuk menangani gencatan senjata dan masalah kemanusiaan seperti perjalanan yang aman.

Namun banyak gencatan senjata yang telah dilanggar sejak konflik meletus pada 15 April lalu.

Sebelumnya pada Senin lalu, al-Burhan mengatakan bahwa SAF sedang mencari solusi damai.

Namun mungkin ada dialog tentang penyelesaian yang langgeng, hanya setelah kedua belah pihak mencapai gencatan senjata permanen di Khartoum, di mana beberapa pertempuran berpusat.

"Kami percaya solusi damai adalah jalan yang ideal untuk menangani krisis ini," papar diplomat itu.

Namun saksi mata menyampaikan bahwa suara serangan udara dan bentrokan kembali bergema di Khartoum pada Senin lalu

Tidak ada pihak yang secara terbuka memberi isyarat bahwa mereka terbuka untuk konsesi.

Hiba Morgan dari Al Jazeera melaporkan dari Khartoum dan mengatakan telah terjadi pertempuran sengit antara RSF dan SAF.

"Ada serangan udara berat yang diluncurkan oleh jet tempur SAF di sekitar istana kepresidenan dan di bagian tengah Khartoum. Sepanjang hari kami bisa melihat asap mengepul dari sekitar daerah itu serta di Nil timur, di mana penduduk mengatakan serangan udara juga diluncurkan oleh jet tempur SAF," kata Morgan.

Di kota Khartoum Utara, ada juga laporan penembakan artileri.

Warga yang berada di sana mengatakan kemungkinan 'rudal darat ke udara yang ditembakkan oleh RSF terhadap jet tempur SAF'.

Sementara itu, dokter mengatakan situasi di rumah sakit di sekitar Khartoum sangat memprihatinkan.

Menurut Morgan, mereka kehabisan obat, kekurangan staf dan sangat membutuhkan bantuan.

Seorang dokter berusia 28 tahun, Mahjoub Salah menyaksikan pertempuran sengit dan seorang tetangga tertembak pada bagian perutnya di distrik Al Amarat di pusat Khartoum pada bulan lalu, sebelum menyewa sebuah flat untuk keluarganya di selatan ibu kota.

"Kami masih menunggu paspor kami dikeluarkan, namun kami tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Maka rencana kami adalah melakukan perjalanan dari Port Sudan ke Arab Saudi," kata Salah.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan