Minggu, 28 September 2025

Al Zaytun, Panji Gumilang, dan dugaan keterkaitan dengan NII

Sejak 20 tahun lalu, Ken mengaku sudah membongkar ajaran sesat yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Zaytun. Dia pun bertanya-tanya,…

Namun, polisi tidak mengizinkan mereka masuk ke kawasan ponpes karena khawatir bentrok dengan massa “civitas academica” Ponpes Al Zaytun, yang juga sudah membentuk barisan di gerbang ponpes sejak pagi.

Beberapa orang sempat diamankan oleh aparat karena mencoba menerobos barisan, tapi kemudian dilepaskan karena tidak ditemukan unsur pidana.

Polres Indramayu, dibantu Polda Jabar, mengerahkan 1.200 petugas kepolisian untuk mengamankan jalannya aksi unjuk rasa yang diklaim diikuti 10.000 orang di kawasan Ponpes Al Zaytun.

“MUI pusat yang akan melakukan investigasi. Jadi, saya minta percaya kepada lembaga-lembaga yang bekerja ini… dan mereka sepakat akan mengikuti perkembangan dari lembaga-lembaga yang kompeten,” kata AKBP Fahri.

Al Zaytun jadi sorotan terkait ajaran agama Islam

Ponpes Al Zaytun mendapat sorotan sejak April 2023 lalu, ketika video yang beredar di dunia maya meperlihatkan jemaah perempuan berada di saf terdepan di belakang imam saat salat Idulfitri.

Pemimpin ponpes, Panji Gumilang, berdalih bahwa praktik tersebut merupakan mazhab Sukarno - presiden pertama Republik Indonesia.

Sejak saat itu, beberapa kontroversi Al Zaytun terus dibahas warganet, beberapa di antaranya meliputi azan yang berbeda hingga salam Yahudi.

Ken Setiawan, mantan anggota NII yang menjadi pengurus teritorial NII Komandemen Wilayah 9 (NII KW-9), mengatakan hal-hal yang mengemuka terkait Pesantren Al Zaytun saat ini sudah terjadi sejak dulu.

Dia menyebut Al Zaytun mengadopsi ajaran NII yang dipadukan dengan “ajaran Isa Bugis dan lembaga kerasulan”.

Sejak 1980-an, MUI menyatakan aliran Isa Bugis sebagai aliran sesat karena terbukti melawan rukun iman dan rukun Islam.

“Kalau berdakwah mereka pakai Al-Qur’an, pakai Injil. Jadi perpaduan beberapa agama untuk menutupi ideologi yang sesungguhnya, yaitu makar, mendirikan negara di dalam negara,” kata Ken.

Itu dilakukan agar masyarakat melihat mereka sebagai kelompok yang menerima perbedaan dan penuh dengan toleransi, sehingga orang-orang tidak melabeli mereka sebagai kelompok radikal.

Ada beberapa ajaran Al Zaytun yang berbeda dari ajaran Islam pada umumnya. Pertama, kata Ken, bunyi syahadat yang berbeda.

“Syahadat diubah, bukan, ‘Tiada Tuhan selain Allah’, tapi diartikan, ‘Tidak ada negara kecuali negara Islam’, negara selain Islam dianggap kafir,” ujarnya menjelaskan.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan