Al Zaytun, Panji Gumilang, dan dugaan keterkaitan dengan NII
Sejak 20 tahun lalu, Ken mengaku sudah membongkar ajaran sesat yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Zaytun. Dia pun bertanya-tanya,…
Ketiga adalah larangan pakai sarung karena dianggap ketinggalan zaman. Itulah sebabnya dalam video yang viral pada Idulfitri lalu, laki-laki di ponpes Al Zaytun mengenakan setelan jas saat salat.
Soal puasa, zakat, dan ibadah haji pun, dikatakan Ken, berbeda dengan ajaran Islam.
“Dari definisi aliran sesat yang ada di MUI, ini harusnya sudah bisa dibuat fatwa karena dulu MUI dan Kementerian Agama sudah melakukan penelitian. Sudah dibukukan, namun hasilnya tidak dipublikasikan dan tidak dijadikan fatwa,” kata Ken.
Mengapa Al Zaytun masih berdiri hingga kini?
Sejak hampir 20 tahun lalu, Ken mengaku sudah membongkar ajaran sesat yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Zaytun. Dia pun bertanya-tanya, mengapa sampai saat ini tidak ada tindakan tegas terhadap ponpes tersebut.
“Ini pintarnya Panji Gumilang atau bodohnya pemerintah?”
Pendiri NII Crisis Center itu pun mengkritisi langkah pemerintah yang masih mau mengkaji meneliti Al Zaytun. Sebab, MUI dan Kementerian Agama sudah melakukan penelitian sejak 2002 lalu.
Ken mengklaim menerima bocoran hasil penelitian kala itu. Isinya, kata Ken, menyimpulkan ada hubungan antara NII dan Al Zaytun. Dari aspek kepemimpinan, pimpinan NII adalah pimpinan Al Zaytun yaitu Panji Gumilang.
Ditemukan juga aliran dana dari NII ke Al Zaytun dan hubungan historis yang mengungkap bahwa Panji Gumilang pernah diangkat menjadi pimpinan atau presiden NII KW-9.
“Kalau menurut saya, nggak usah bikin penelitian lagi. Yang lama itu juga masih berlaku, orangnya masih sama, tempatnya masih sama,” ujar Ken.
Dia sempat menanyakan kepada MUI mengapa hasil penelitian itu tidak dijadikan fatwa.
Ken mengaku mendapatkan jawaban bahwa eksistensi ponpes itu berkaitan dengan “masalah politik” karena memiliki jumlah massa yang besar dan itu dibutuhkan oleh tokoh-tokoh politik.
“Dulu suara Al Zaytun sekitar 250.000 jemaah. Yang logisnya saja, kalau kita kampanye bisa dapat fixed 250.000 suara, butuh berapa ratus miliar atau bahkan triliun. Nah ini cukup Panji Gumilang saja dipegang sama tokoh, selesai,” papar Ken.
Dugaan ‘dibekingi intelijen’
Eksistensi Pesantren Al Zaytun dan hubungannya dengan politik juga diamini oleh Al Chaidar, pengamat terorisme yang pernah bergabung dengan NII.
Dia menyebut, aliran Isa Bugis yang dianut Al Zaytun “cenderung mendukung status quo”.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.