Al Zaytun, Panji Gumilang, dan dugaan keterkaitan dengan NII
Sejak 20 tahun lalu, Ken mengaku sudah membongkar ajaran sesat yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Zaytun. Dia pun bertanya-tanya,…
Menurut dia, eksistensi Pesantren Al Zaytun, dengan segala kontroversinya, salah satunya disebabkan kedekatan Panji Gumilang dengan “oknum-oknum intelijen”.
Bahkan Chaidar menyebut Al Zaytun dibuat memang untuk “memperkara dan menggemukkan jenderal-jenderal yang mengelola Al Zaytun, KW-9 itu”.
Chaidar mengatakan Panji Gumilang bukanlah pengikut NII asli, melainkan pengikut NII yang sudah melakukan “ikrar” dan “menyebrang” dari NII yang sebenarnya. Dia menyebutnya NII palsu.
Itu dilakukan, kata Chaidar, agar mereka “bisa bekerja sama dengan pemerintah” dan menyatakan “setia kepada manipol USDEK pada masa Soekarno”.
Manipol USDEK adalah singkatan dari Manifestasi Politik Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Ini adalah doktrin politik yang digagas oleh Soekarno pada masa demokrasi terpimpin.
“Sampai sekarang [oknum-oknum] intelijen masih berada di belakang dia,” kata Chaidar.
Sentimen 'negatif' warganet ‘mengkritisi pemerintah’
Peneliti media sosial dari Drone Emprit, Nova Mujahid, mengatakan pembahasan warganet mengenai Pesantren Al Zaytun didominasi oleh sentimen negatif.
Berdasarkan pemantauan Drone Emprit terhadap percakapan di media sosial Twitter pada 14-21 Juni 2023, mayoritas warganet “mengecam” keberadaan Ponpes Al Zaytun yang dianggap “sesat”.
Mayoritas warganet juga mengkritisi pemerintah karena Panji Gumilang “belum tersentuh hukum” meski telah lama dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII).
Dalam hal ini, dia melihat warganet dari pandangan politik yang berbeda, organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) ternyata “satu suara” terkait isu ini.
“Semua kritik yang terbaca di media sosial ini ujungnya kepada pemerintah, baik Kementerian Agama maupun kepolisian. Dari sini terlihat bahwa harapan publik sederhana, mengharapkan pemerintah atau Polri menindak tegas Al Zaytun. Harapan yang lebih ekstremnya, berharap pemerintah membubarkan pesantren,” kata Nova memaparkan hasil analisisnya kepada BBC News Indonesia.
Menurutnya, isu ini pertama kali mengemuka di media sosial TikTok, setelah ada pengguna yang mengunggah petikan ceramah Panji Gumilang yang “meragukan kebenaran Alquran”.
Namun isu ini tidak langsung memicu diskursus di kanal media sosial lainnya. Dia menduga itu karena pengguna TikTok didominasi oleh Generasi Z yang kemungkinan besar tidak mengetahui rekam jejak Pondok Pesantren Al Zaytun dan pendirinya, Panji Gumilang.
Ketertarikan netizen terhadap isu ini kian meningkat setelah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan membentuk tim investigasi untuk mengecek Pesantren Al Zaytun.
Polemik Pesantren Al Zaytun Indramayu akan ditindaklajuti dengan menugaskan Tim Investigasi dari Pemprov Jawa Barat, untuk bertugas selama 7 hari untuk mencari fakta dan tabayun kepada pihak pengelola pesantren. Tim mulai bekerja besok Selasa 20 Juni 2023.
— Ridwan Kamil (@ridwankamil) June 19, 2023
Saya meminta pihak… pic.twitter.com/90Xpl7Z0cQ
Setelah itu, seorang pemengaruh di Twitter, Ridwan Hanif, turut mengekspos topik ini setelah membuat utas yang membagikan pengalaman teman-temannya terkait NII.
Gue nggak tau ya apa hubungannya NII dengan Al Zaytun. Tapi dulu waktu kuliah, temen temen SMA gue pernah beberapa orang kena paham NII dan mereka bilang pusatnya di Al Zaytun
— Ridwan Hanif (@ridwanhr) June 20, 2023
Begini ceritanya, a thread
Beragam spekukasi mengemuka secara liar di media sosial, ada yang mengaitkan Pesantren Al Zaytun dengan Negara Islam Indonesia (NII), menuding "dibekingi oleh intelijen", serta beragam diskusi soal ajaran-ajarannya yang dianggap "menyimpang".
Keresahan itu turut disuarakan di media sosial oleh tokoh NU seperti Cholil Nafis yang mendorong pemerintah "menginvestigasi dan menindak penyimpangan Al Zaytun".
Nah ini saya dukung Pak @ridwankamil hadir menyelesaikan masalah Pesantren Al-Zaytun dan Panji Gumilang yg statemennya bikin resah dan gaduh. Aspirasi umat hampir sama semua segera diinvestigasi dan ditindak penyimpangannya.
— cholil nafis (@cholilnafis) June 20, 2023
.
Jaga agama dan anak bangsahttps://t.co/orGTKdQ9bD
Secara umum, Nova mengatakan perbincangan terkait isu ini diramaikan oleh akun-akun organik yang mayoritas merupakan pemengaruh, tokoh-tokoh agama dan pejabat, hingga media massa.
Namun jika ditelisik dari bagaimana asal muasal isu ini mengemuka, dia melihat “ada gejala-gejala yang menunjukkan bahwa ramainya isu ini seperti direncanakan”, meskipun sulit untuk dibuktikan.
“Karena pertama yang diangkat adalah isu tentang pelecehan, penistaan agama yang menarik bagi kalangan manapun. Kedua, isu ini mulanya didorong di TikTok yang menyasar Gen Z, dan media cukup aktif terlibat dalam pembicaraan ini,” tutur dia.
Siapa Panji Gumilang yang dikaitkan dengan NII?
Sorotan terhadap Panji Gumilang bermula ketika dia dilaporkan oleh sesama pendiri Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Imam Suprianto pada 2011 karena membuat dokumen palsu terkait yayasan yang didirikan pada 1994 itu.
Yayasan inilah yang menaungi pendirian Pesantren Al Zaytun di Indramayu pada 1996. Pondok Pesantren Al Zaytun kemudian diresmikan oleh BJ Habibie pada 27 Agustus 1999.
Menurut pemberitaan BBC News Indonesia pada 28 Juni 2011, Imam melaporkan Panji karena namanya dicoret dari daftar pengurus YPI, padahal dia “tidak mengundurkan diri”.
Laporan Imam itu pula yang memicu tudingan bahwa Panji terkait dengan NII.
Dalam salinan putusan kasasi Mahkamah Agung terkait perkara ini, tertera dakwaan yang menjelaskan bahwa Imam mengenal Panji Gumilang yang dulunya bernama Abu Toto di Universitas Muhammadiyah Jakarta “dalam rangka pembinaan kader NII”.
Isu terkait NII Komandemen Wilayah 9 (KW 9) kemudian mengemuka, yang disebut berbasis di pesantren Al Zaytun Indramayu, bahkan dituding sebagai “gerakan yang dilindungi oleh oknum aparat intelijen”.
Dalam pemberitaan Harian Kompas edisi 9 Mei 2011, aktivis NII, Sukanto mengatakan bahwa Panji menjadi Imam NII KW 9 yang mencakup wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Banten pada 1996.
NII KW 9 memiliki struktur serupa negara yang dilengkapi dengan majelis permusyawaratan rakyat, presiden, dan menteri.
Namun Panji tidak pernah benar-benar didakwa atas keterkaitannya dengan NII meski pada 2011 polisi sempat menyatakan akan mengembangkan kasus Panji Gumilang ke arah makar.
Dia hanya pernah dipenjara selama 10 bulan pada 2015 karena kasus dokumen palsu yang dilaporkan oleh Imam.
Pada 2012, Menteri Agama Suryadharma Ali justru turut meredam isu keterkaitan Al Zaytun dengan NII. Dia mengaku “jatuh cinta” dengan Pesantren Al Zaytun.
"Saya punya prasangka buruk dengannya [Panji Gumilang]. Prasangka itu berawal dari pertanyaan wartawan bahwa Al Zaytun ada gerakan NII. Saya pun datang kemari dan berkenalan dengan Panji."
"Kesan yang diceritakan di luar sangat berbeda ketika saya datang ke sini, jauh apa yang diceritakan di luar dan sangat berbeda apa yang diceritakan diluar bahwa pesantren ini terdapat aliran keras,” kata Suryadharma Ali dikutip dari situs Kemenag.
Dia bahkan menjadikan Pondok Pesantren Al Zaytun sebagai tempat pertemuan ulama se-Indonesia pada 1 September 2012.
“Pesantren ini mengedepankan perdamaian dan toleransi, jauh dari pesan keras. Kesan Islam garis keras jauh, penyajian musik-musiknya pun beragam, bernuansa Islami dan ke-Indonesiaan,” kata Suryadharma.
Keterkaitan Panji dengan NII juga terungkap lewat kasus lainnya. Pada 2011, dua anak buahnya bernama Salamin dan Mujono Agus Salim ditangkap oleh polisi terkait kasus makar karena ingin mendirikan NII.
Pada 2013, putusan kasasi Mahkamah Agung memvonis keduanya dengan hukuman tiga tahun penjara karena terbukti bersalah dalam tindak pidana “permufakatan jahat untuk melakukan makar dengan maksud menggulingkan pemerintahan”.
Di dalam salinan putusan itu, tertera dakwaan berdasarkan bukti dokumen bahwa Salamin "dibaiat oleh Panji Gumilang untuk masuk NII pada tahun 1990".
Salamin pernah ditunjuk menjadi Kepala Bagian Keuangan Provinsi Jawa Tengah NII pada 2005.
Dia bertugas menghimpun dana untuk disetorkan ke pondok pesantren Al Zaytun, juga membuka dakwa perjuangan Islam dengan nama “Madinah Indonesia”.
Sedangkan Mujono disebut masuk ke Ponpes Al Zaytun pada 2006. Setahun kemudian, dia ditunjuk oleh Panji menjadi Ketua Keresidenan yang bertugas merekrut santri dan mengajak mereka menyumbang untuk Al Zaytun.
Pada salinan itu juga disebutkan pula bahwa kesamaan antara Al Zaytun dengan NII adalah “pimpinannya sama, yaitu Panji Gumilang”.
Mantan anggota NII lainnya, Al Chaidar, turut bersuara soal Panji.
Dia mengaku mengenal Panji secara personal karena pernah menjadi Bupati NII di Bekasi pada 1991-1996.
“Dia [Panji] sebagai imam yang paling besarnya, yang paling tertinggi, KT namanya, komandemen tertinggi, setingkat presiden,” kata Chaidar kepada BBC News Indonesia.
MUI pun mengklaim bahwa penelitian mereka pada 2022 menunjukkan bahwa Al Zaytun berkaitan dengan NII.
Namun sampai saat ini, setelah isu ini mencuat kembali, belum ada pernyataan yang konklusif dari pemerintah yang mengonfirmasi segala tudingan tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.