Minggu, 24 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Fenomena Rusia Rekrut Napi Jadi Tentara: Bebas Kalau Ikut Perang Lalu Kembali Membunuh Lebih Sadis

Teror yang datang ke warga Rusia bukan datang dari Ukraina tapi justru dari narapidana yang direkrut untuk perang demi pengampunan.

Erik Romanenko / TASS
Anggota pasukan tentara bayaran Grup Wagner. Perusahaan militer swasta (private military company) besutan pengusaha yang dikenal dekat dengan pemerintahan Kremlin, Yevgeny Prigozhin ini merekrut anggota mereka dari para narapidana berbagai macam kasus. Para Napi ini akan mendapat pengampunan jika ikut berperang di Ukraina namun dilaporkan kerap menimbulkan teror bagi warga Rusia. 

Fenomena Tentara Rusia Eks-Napi Bebas Seusai Perang di Ukraina, Kembali Membunuh Lebih Sadis

TRIBUNNEWS.COM - Kebutuhan personel yang tinggi di ketentaraan membuat Rusia membuat kebijakan untuk merekrut para narapida menjadi prajurit dalam masa invasinya ke Ukraina.

Para narapidana itu terdiri dari berbagai macam lapisan, mulai kelas teri hingga kelas kakap. Dari preman, tukang berkelahi, pencuri, perampok, hingga pembunuh sadis.

Kesemuanya, sesuai kontrak militer, akan dibebaskan dari hukuman mereka jika bersedia berperang di Ukraina.

Baca juga: Menteri Pertahanan Rusia: Senjata Butut Soviet Masih Lebih Unggul Ketimbang Senjata Modern Barat

Solusi jangka pendek ini menimbulkan masalah baru bagi Rusia, terutama di bidang sosial. Para napi yang kembali ke masyarakat seusai berperang, kembali berulah dan bahkan kembali melakukan kejahatan yang lebih berat dari sebelumnya.

Napi Narkoba Malah Jadi Pembunuh Sadis

Igor Sofonov, yang direkrut untuk berperang di Ukraina dari penjara di Rusia di mana dia menjalani hukuman atas tuduhan kasus narkoba, kembali ke kehidupan sipil musim semi ini.

Ikut berperang di Ukraina, dia telah diampuni dari hukumannya sebagai bagian dari kesepakatan dengan militer Rusia.

Kenalan Sofonov mengatakan kepada The Moscow Times kalau kedinasan militer telah mengubahnya menjadi sosok yang lebih baik.

Tapi kebebasannya dari penjara dan ketentaraan rupanya tidak bertahan lama.

Sofonov yang berusia 37 tahun, ditangkap bulan ini bersama mantan narapidana lainnya Maxim Bochkarev (38) atas tuduhan yang lebih berat, pembunuhan.

Keduanya diduga sebagai pelaku penikaman sedikitnya enam orang hingga tewas dan membakar rumah para korban di sebuah desa di republik barat laut Karelia, Federasi Rusia.

Pembunuhan sadis ini memicu perdebatan sengit di Rusia soal kepantasan narapidana dapat ampunan sebagai imbalan atas dinas militer mereka.

Perdebatan ini menyoroti tantangan untuk mengintegrasikan orang-orang ini ke dalam masyarakat ketika mereka kembali ke rumah.

Hukuman penjara Sofonov bukanlah pengalaman pertamanya dengan kejahatan.

"Dia sebelumnya dihukum karena percobaan pembunuhan dan pencurian," kata kerabatnya kepada The Moscow Times.

“Perang, menurut saya, telah mengubah semua orang yang ada di sana, terutama karena Igor berada di garis depan dan terluka di sana,” kata kerabat Sofronov kepada The Moscow Times ketika ditanya tentang dinas militer yang dijalani Igor.

“Tapi saya tidak percaya dia bersalah. Dia tidak ideal (stabil secara pribadi), terutama mengingat masa lalunya, tapi (memang) dia tidak bisa masuk ke rumah seseorang dan membunuh orang,” katanya, meminta anonimitas karena masalah keamanan.

Dalam pesan audio yang dikirim Sofonov kepada temannya tahun lalu dari zona perang, dia berkata: "Saya telah menyaksikan darah dan daging."

Dalam pesannya tersebut, Igor Sofonov mengaku kehidupan di kedinasan militer tak jauh berbeda dari kehidupan di penjara.

“Aku bahkan pernah bunuh diri. Ini sama dengan di penjara, hanya sedikit berbeda. Jika Anda ingin bertahan, Anda akan bertahan,” kata Sofonov dalam pesan audio yang dibagikan kepada The Moscow Times.

Rusia — khususnya, kelompok tentara bayaran Wagner yang dijalankan oleh pengusaha yang dekat dengan pemerintahan Kremlin, Yevgeny Prigozhin — meluncurkan program perekrutan tahanan ilegal untuk meningkatkan jumlah pasukan militer Moskow di Ukraina mulai musim panas lalu.

Sebagai imbalan atas dinas militer mereka di Ukraina, para tahanan dijanjikan akan diampuni dan catatan kriminal mereka dihapuskan.

Menurut aktivis hak-hak tahanan terkemuka Olga Romanova, jumlah total narapidana yang direkrut untuk perang bisa mencapai 80.000,.

Dari angka tersebut, setidaknya 20.000 mantan narapidana dari Grup Wagner telah kembali ke kehidupan sipil.

Adapun Prigozhin menyebutkan jumlahnya lebih tinggi, mengklaim pada bulan Juni bahwa sekitar 32.000 mantan tahanan telah kembali ke Rusia setelah bertugas dengan kelompok tentara bayarannya.

Kasus Sofonov - jika dia dinyatakan bersalah - tidak akan menjadi insiden kriminal pertama yang melibatkan tahanan yang dibebaskan sebagai imbalan atas pertempuran di Ukraina.

Pejuang Grup Wagner melihat dari kendaraan militer di Rostov-on-Don pada 24 Juni 2023. Yevgeny Prigozhin membatalkan pemberontakannya setelah setuju untuk pergi ke pengasingan di Belarusia.
Pejuang Grup Wagner melihat dari kendaraan militer di Rostov-on-Don pada 24 Juni 2023. Yevgeny Prigozhin membatalkan pemberontakannya setelah setuju untuk pergi ke pengasingan di Belarusia. (ROMOKHOV/GETTY ROMAN)

Teror Baru Warga Rusia

Secara sederhana, teror yang dialami warga Rusia datang bukan dari tentara Ukraina melainkan tentara mereka sendiri yang direkrut dari para narapidana.

Contoh kasus lainnya adalah Demyan Kevorkyan.

Pria 31 tahun ini direkrut oleh Wagner saat menjalani hukuman penjara 18 tahun karena perdagangan senjata ilegal, perampokan, dan pencurian.

Namun, dia ditangkap pada bulan Mei karena dicurigai membunuh dua orang di wilayah Krasnodar barat daya Rusia.

Pada saat penangkapannya, Kevorkyan memiliki sisa hukuman sekitar 11 tahun lagi.

Mayat para korban – wanita penghibur bernama Kirill Chubko (37) dan Tatyana Mostyko (19) – ditemukan empat hari setelah mereka dibunuh dan dibuang di kuburan darurat.

Polisi mengatakan Kevorkyan ditangkap bersama dua tersangka lainnya.

Pada kasus lain, di wilayah Volgograd, tahanan yang mendapat pengampunan, Alexei Khlebnikov, juga anggota pasukan Grup Wagner, dilaporkan dimasukkan ke dalam daftar buronan federal.

"Alexei Khlebnikov diduga menjadi pemerkosa seorang gadis berusia 13 tahun," kata outlet media V1.ru minggu ini.

Anggota lain Grup Wagner, Ivan Rossomahin, yang menjalani hukuman 14 tahun penjara karena pembunuhan dan perampokan, dibebaskan musim semi ini setelah bertempur di Ukraina, meringankan hukumannya selama 10 tahun.

Namun, pada Maret, dia ditangkap karena dicurigai membunuh seorang pensiunan berusia 85 tahun di desa Novy Burets di wilayah Kirov.

Hanya beberapa hari sebelum pembunuhan, penduduk setempat mengadakan pertemuan dengan otoritas desa di mana mereka menyatakan keprihatinan tentang keselamatan mereka dan reintegrasi tentara yang punya pengalaman disiksa saat bertugas di garis depan pertempuran.

“Kami tidak bisa tidur di malam hari,” kata seorang pensiunan, Galina Sapozhnikova kepada televisi lokal.

Pengakuannya itu mengacu pada apa yang dia lihat saat Rossomahin terlihat berjalan di jalanan dengan kapak beberapa hari sebelum penangkapannya.

Meskipun tidak ada statistik resmi tentang tingkat kejahatan yang dilakukan narapidana yang telah kembali dari zona perang, laporan kejahatan yang melibatkan narapidana terus bermunculan.

Sementara itu, Rusia terus berupaya merekrut tahanan untuk perang.

Keputusan ini dapat wanti-wanti dari para aktivis sosial di Rusia.

"Semua orang telah mempelajari algoritme untuk apa yang harus dilakukan selanjutnya - misalnya, jika Anda membunuh seseorang - Anda dapat mengklaim keadaan khusus sebagai pahlawan perang. Bahkan jika Anda dipenjara, Anda memiliki opsi untuk mendaftar kembali di militer,".

“Itu membuka kotak Pandora yang akan berdampak pada generasi yang akan datang,” ujar Olga Romanova.

(oln/TMT/*)
 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan