Konflik Palestina Vs Israel
Ribuan Pekerja asal Gaza Hilang, Disebut Ditahan secara Ilegal oleh Israel
Aktivis HAM dan serikat pekerja menyebut adanya ribuan pekerja asal Gaza hilang sejak perang terjadi. Diduga Israel telah menahan mereka dengan ilegal
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ribuan pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel telah hilang sejak adanya kampanye penangkapan massal oleh Israel.
Dikutip dari Aljazeera, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini beberapa pekerja tersebut ditahan secara ilegal di fasilitas militer di Tepi Barat yang tengah diduduki, menyusul adanya pencabutan izin bekerja bagi warga Gaza di Israel.
Aktivis HAM mengatakan hingga saat ini pemerintah Israel enggan untuk merilis para pekerja asal Gaza yang disebut telah ditahan secara ilegal.
Sebagai informasi, sejak pasukan bersenjata Palestina, Hamas menyerang Israel secara mendadak pada 7 Oktober 2023 lalu, ada sekitar 18.500 penduduk Gaza memiliki izin untuk bekerja di luar tempat tinggalnya seperti israel.
Hanya saja, ketika perang antara Hamas dan Israel berlangsung, belum diketahui jumlah pasti terkait pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel.
Namun, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini ada ribuan pekerja asal Gaza yang ditangkap tentara Israel dan dikurung di lokasi yang tidak diketahui.
Baca juga: Israel Mulai Serangan Darat ke Gaza, Jerman Kerahkan 1.000 Pasukan Elite, Tanda-tanda Perang Besar?
Salah satu pekerja asal Gaza, Walid mengungkapkan pada 8 Oktober 2023 lalu, dirinya ditangkap ketika hendak berangkat bekerja dan ditahan di sebuah fasilitas di kawasan Almon atau Anatot.
Kawasan tersebut merupakan bekas kota Anata di Palestina yang dikuasai Israel ketika menyerang Yerusalem Timur.
Organisasi HAM mengungkapkan fasilitas di kawasan tersebut kerap digunakan pemerintah Israel untuk menahan ratusan pekerja dalam penahanan sewenang-wenang dan merupakan tindakan yang melanggar hukum internasional.
Walid mengatakan ditahan selama tiga hari di sebuah tempat seperti penjara tetapi tanpa adanya atap.
Selain itu, Walid juga mengaku tidak diberi makan, air, dan akses ke toilet selama ditahan.
Kemudian, dia mengaku dipindah ke sebuah lahan seluas sekitar 300 meter persegi ketika di saat yang bersamaan, dirinya bertemua ratusan buruh tengah berada di sebuah bilik toilet kimia.
Namun, saat Walid berinisiatif untuk menghubungi Palang Merah, dia justru dikecam dan dipukuli oleh tentara.
Walid baru dibebaskan tentara Israel ketika dipastikan dirinya adalah penduduk Tepi Barat meski lahir di Gaza.
Ratusan Keluarga asal Gaza Mengaku Anggotanya Hilang

Terpisah, Direktur Eksekutif organisasi HAM di Israel bernama HaMoked, Jessica Montell, mengungkapkan pihaknya telah menerima ratusan panggilan telepon dari keluarga yang anggotanya bekerja di Israel.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.