Konflik Palestina Vs Israel
Ismail Haniyeh Sebut Hamas Hampir Capai Perjanjian Gencatan Senjata dengan Israel
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh sebut pihaknya hampir mencapai perjanjian gencatan senjata dengan pihak Israel.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan pihaknya hampir mencapai perjanjian gencatan senjata dengan Israel, Selasa (21/11/2023).
Pernyataan pimpinan Hamas tersebut dikirim oleh ajudannya sebagai bentuk tanggapannya kepada mediator Qatar.
Meski begitu, tidak ada rincian lebih lanjut terkait ketentuan perjanjian gencatan senjata antara Hamas dengan Israel ini.
Dikutip dari Reuters, sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden meyakini kesepakatan tersebut sudah semakin dekat.
"Sekarang kita lebih dekat dibandingkan sebelumnya," kata juru bicara Gedung Putih, John Kirby, Senin (20/11/2023).
Sementara itu, Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Mirjana Spoljaric telah bertemu dengan Haniyeh di Qatar pada Senin untuk mengajukan masalah kemanusiaan terkait konflik tersebut.
Baca juga: Korban Tewas Perang Israel-Hamas di Palestina Capai 13.215, Termasuk 5.550 Anak Gaza dan Tepi Barat
Dia juga bertemu secara terpisah dengan pihak berwenang Qatar.
ICRC mengatakan pihaknya bukan bagian dari perundingan yang bertujuan untuk membebaskan para sandera, namun sebagai perantara yang netral.
ICRC, kata Spoljaric, siap "memfasilitasi pembebasan di masa depan yang disetujui oleh para pihak".
Pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera telah beredar selama berhari-hari.
Reuters melaporkan pekan lalu bahwa mediator Qatar sedang mengupayakan kesepakatan bagi Hamas dan Israel untuk menukar 50 sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata tiga hari.

Baca juga: AS Dianggap Gagal Redam Perang Israel-Hamas, Negara-negara Mayoritas Muslim Berpaling ke China
Selama itu, akan ada peningkatan pengiriman bantuan darurat ke warga sipil Gaza, mengutip seorang pejabat yang mendapat penjelasan tentang pembicaraan tersebut.
Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog mengatakan di acara ABC This Week pada Minggu bahwa ia mengharapkan kesepakatan "dalam beberapa hari mendatang".
Sementara Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani mengatakan bahwa poin-poin penting yang tersisa "sangat kecil".
"Negosiasi sensitif seperti ini bisa gagal pada menit-menit terakhir," kata wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jon Finer dalam program "Meet the Press" NBC pada hari Minggu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.