Pro kontra nyamuk Wolbachia di Bali - Apakah aman dan bagaimana dampak jangka panjang?
Pelepasan nyamuk Wolbachia yang ditujukan untuk menangani kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, Bali,…
Pelepasan nyamuk Wolbachia yang ditujukan untuk menangani kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, Bali, ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Wayan Widia, mengatakan penundaan itu diputuskan lantaran terjadi pro dan kontra di masyarakat.
Bahkan sebuah petisi yang menolak pelepasan nyamuk Wolbachia dibuat secara daring pada awal November dan sejauh ini mendapatkan dukungan 1.650 orang.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis, dr. Riris Andono Ahmad, yang juga salah satu peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, berkata penolakan masyarakat terhadap teknologi baru Wolbachia bisa dipahami.
Akan tetapi, sambungnya, berdasarkan penelitian dan penilaian 20 pakar ternama di Indonesia menyatakan risiko dari teknologi Wolbachia dalam 32 tahun ke depan relatif bisa diabaikan.
Bagaimana pro dan kontra di masyarakat?
Penyebaran 200 juta telur nyamuk Wolbachia di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng rencananya dilaksanakan pada 13 November lalu.
Program uji coba yang direstui Kementerian Kesehatan ini bertujuan untuk menekan angka penularan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk aedes aegypti.
Akan tetapi, sebagian masyarakat Bali menolak.
Seorang warga di Denpasar Barat, Hartini Hidayat, minta supaya ada pengujian terlebih dahulu sebelum dilepas di masyarakat.
Sebab dari video yang beredar di media sosial seperti YouTube dan TikTok menyebutkan dampak jangka panjang dari penyebaran nyamuk Wolbachia adalah munculnya pandemi.
"Yang saya dengar, kita akan mengalami lagi pandemi dengan kondisi lebih besar dari Covid-19 kemarin," ucap Hartini kepada wartawan Amahl S. Azwar yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Rabu (22/11).
"Jadi kalau menurut saya harus diuji coba dulu. Kalau memang sudah yakin bisa melawan DBD, baru [nyamuk Wolbachia] disebar. Kalau belum yakin, jangan. Takutnya malah penyakit lain tumbuh dan membahayakan keselamatan manusia," sambungnya.
Namun sikap berbeda ditunjukkan Diana Suciawati, seorang ibu dengan dua anak perempuan yang tinggal di Denpasar Selatan.
Ia setuju dengan program ini dilanjutkan di Bali, apalagi sudah ada hasilnya ketika dilaksanakan di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.