Pro kontra nyamuk Wolbachia di Bali - Apakah aman dan bagaimana dampak jangka panjang?
Pelepasan nyamuk Wolbachia yang ditujukan untuk menangani kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, Bali,…
Sementara I Wayan Puspa Negara, selaku Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali, berkata video viral di TikTok dan tersebar di grup WhatsApp menimbulkan kebingungan dan keresahan.
"Kami sebagai destinasi pariwisata tidak boleh ada ketakutan [seperti ini]," ucapnya.
Video yang dimaksud salah satunya berasal dari rekaman diskusi Prof Richard Claproth dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.
Video itu diunggah di YouTube empat pekan lalu dan telah disaksikan setidaknya 75.000 kali.
Di situ, mereka mempertanyakan urgensi Indonesia terlibat dalam program uji coba Wolbachia lantaran kasus DBD dalam 10 tahun terakhir diklaim menurun dan menuding ada agenda terselubung di balik penyebaran nyamuk Wolbachia.
Kemudian tuduhan bahwa nyamuk Wolbachia bisa mengakibatkan penyakit Japanese Encephalitis, berdampak pada ekosistem, atau bisa memicu pandemi.
Mengapa Indonesia perlu teknologi Wolbachia?
Direktur Pusat Kedokteran Tropis yang juga salah satu peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, mengatakan kasus DBD pertama kali ditemukan pada 1968 di Surabaya dan setelahnya menyebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Dari tahun ke tahun, kata dia, kasus DBD nyaris tak pernah turun.
Merujuk data Kementerian Kesehatan sejak 2012-2015, jumlah kasus DBD naik dari 90.245 hingga 129.500 kasus.
Kemudian pada 2016 melonjak drastis menjadi 204.171 kasus.
Pada 2017-2018 turun di angka 65.602 kasus dan pada 2019 kembali naik hingga 138.127 kasus.
Lalu di tahun 2020 jumlah kasus DBD turun di angka 108.303 dan setahun setelahnya kembali turun menjadi 73.518.
Terakhir pada tahun 2022 kasus DBD tercatat sebanyak 143.184.
Dia menjelaskan, selama ini pengendalian penyakit DBD mengandalkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Akan tetapi upaya itu, klaimnya, tak mempan karena kasus DBD tetap meningkat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.