Kamis, 7 Agustus 2025

Profil dan Sosok

Profil Mahmoud Darwish, Penyair Terkenal Palestina yang Karyanya Mendukung Perjuangan Palestina

Berikut profil singat Mahmoud Darwish. Mahmoud Darwish merupakan seorang penyair Palestina dan Arab yang karyanya mendukung perjuangan Palestina.

GIL COHEN MAGEN / POOL / AFP
Penyair dan jurnalis Palestina Mahmoud Darwish memberi isyarat selama pertunjukannya di kota Haifa, Israel utara, 15 Juli 2007. 

TRIBUNNEWS.COM - Mahmoud Darwish adalah seorang penyair Palestina dan Arab yang karyanya mendukung perjuangan Palestina.

Karya-karya Darwish mencertikan penderitaan warga Palestina yang menjadi pengungsi akibat berdirinya negara Israel.

Selain tentang perjuangan Palestina, Darwish juga menerima kritik dan menyentuh tema-tema kemanusiaan yang lebih luas, seperti cinta, dikutip dari Reuters.

Sebagai seorang pria yang sangat tertutup dan tinggal sendirian, ia mempunyai banyak pengikut di seluruh dunia Arab.

Puisinya telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan koleksi berbahasa Arabnya telah terjual lebih dari satu juta eksemplar, dikutip dari MEMO Publisher.

Karya-karya Darwish juga sangat berpengaruh hingga menjadi bagian penting dalam budaya Arab.

Penyair dan jurnalis Palestina Mahmoud Darwish
Penyair dan jurnalis Palestina Mahmoud Darwish memberi isyarat pada Carthage Theatre Days di teater Tunis, 06 Desember 2007.

Baca juga: Gencatan Senjata, Warga Palestina Deg-degan Tunggui Anaknya Dibebaskan dari Penjara Israel

Profil Singkat Darwish

Mahmoud Darwis tidak hanya dikenal sebagai penyair.

Darwish juga dikenal sebagai seorang penulis, politikus, dan yang terpenting, pecinta setia Palestina, dikutip dari Egypt Today.

Darwish adalah seorang penyair, penulis, dan politisi yang membantu membentuk kesadaran Palestina setelah perang enam hari pada tahun 1967.

Pada tahun 1948, Darwish termasuk di antara separuh warga Arab di Palestina yang diusir dari rumah mereka, dalam kasus keluarganya di dekat pelabuhan Haifa.

Namun, beberapa waktu kemudian, mereka kembali tinggal di daerah tersebut.

Pada tahun 1971, Darwish meninggalkan Palestina dan berangkat ke Uni Soviet.

Ia juga pernah diasingkan di beberapa kota, yaitu Kairo, Beirut, Tunis, hingga Paris.

Darwish bertugas di Komite Eksekutif PLO tetapi memutuskan hubungan dengan Arafat ketika keduanya berselisih paham mengenai perjanjian Oslo tahun 1993 tentang pembentukan negara Palestina bersama Israel.

Pada tahun 2000, seorang menteri Israel mengusulkan untuk menambahkan Darwish ke dalam kurikulum sekolah. Namun, usulan tersebut tidak dilanjutkan.

Darwish masih berjuang untuk memerdekakan negaranya hingga tahun 2008.

Pada tahun 2008, Darwish meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah operasi jantung di Texas.

Sebelumnya, Darwish juga telah menjalani dua kali operasi jantung. Namun, kesehatannya makin menurun.

Karya-karya terakhirnya dipenuhi dengan humor sarkastik dan perasaan orang-orang Israel dan Palestina.

Dalam salah satu puisinya yang berjudul "The Written Script", Darwish menceritakan dialog antara korban dan musuhnya yang terjatuh ke dalam lubang.

“Seorang pembunuh dan korbannya mati bersama dalam satu lubang,” salah satu kalimat di puisinya.

Sementara itu, puisi lainnya yang bertajuk "The Dice Thrower" menceritakan bagaimana Darwish melihat kematian datang, tetapi ia tetap bertahan pada kehidupan.

"Pada Kehidupan aku berkata: Pelan-pelan, tunggu aku sampai mabuk di gelasku mengering," tulisnya.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan