Konflik Palestina Vs Israel
IDF: 20 Tentara Israel yang Bertempur di Gaza, Tewas karena Ditembak Rekan Sendiri atau Insiden Lain
Setidaknya 20 dari 105 tentara yang tewas di tengah serangan darat Israel di Gaza, mati dalam "kecelakaan," termasuk tembakan antar teman.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Sekitar seperlima tentara Israel yang tewas dalam pertempuran darat di Jalur Gaza, mati karena "friendly fire" dan kecelakaan lainnya, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada hari Selasa (12/12/2023).
Dilansir NBC News, setidaknya 105 tentara Israel tewas sejak IDF memulai operasi darat di Gaza pada akhir Oktober lalu.
Sebanyak 20 dari kematian tersebut disebabkan oleh "kecelakaan", kata juru bicara IDF.
Dari 20 kematian tersebut, 13 disebabkan oleh tembakan teman, atau tembakan internal dari pasukan militer sendiri.
Enam lainnya disebabkan kecelakaan lain yang berhubungan dengan persenjataan, mesin, atau terinjak-injak, kata mereka.
Sementara setidaknya satu kematian disebabkan oleh penembakan yang tidak teratur.
Baca juga: Viral Video Tentara Israel Sengaja Lempar dan Banting Barang-barang Toko Suvenir di Gaza
Insiden tentara yang tewas akibat friendly fire disebabkan kesalahan identifikasi dalam serangan udara, penembakan tank, dan tembakan, Times of Israel melaporkan secara terpisah.
Seorang tentara tewas dalam tembakan yang tidak dimaksudkan untuk mengenai mereka, lapor outlet tersebut.
Sementara dua lainnya tewas dalam salah tembak yang tidak disengaja.
Dua tentara, menurut Times, tewas dalam insiden yang melibatkan kendaraan lapis baja yang menabrak pasukan.
Dua lainnya tewas akibat pecahan peluru, termasuk akibat bahan peledak yang diledakkan oleh pasukan Israel.
IDF mengatakan pihaknya terus menilai pertempuran yang sedang berlangsung di Gaza, termasuk kasus baku tembak, Times of Israel melaporkan.
"Tentu saja, setiap kali ada insiden salah tembak, itu perlu diwaspadai dan diselidiki," ujar pakar intelijen militer Alex Plitsas.
Pasukan Israel memulai serangan darat di Gaza sejak akhir Oktober.
Dalam beberapa minggu setelah itu, serangan darat dan udara Israel semakin meluas.
Israel pada awalnya memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan, di mana mereka diberitahu bahwa mereka akan akan aman di sana.

Baca juga: Pengakuan Tawanan Israel yang Dibebaskan: Lebih Takut Terkena Serangan Udara IDF daripada Hamas
Namun dalam beberapa minggu terakhir, Gaza bagian selatan juga menghadapi pemboman tanpa henti.
Sekitar 90 persen populasi di wilayah tersebut menjadi pengungsi, menurut PBB.
Sementara itu hampir 18.000 orang telah terbunuh di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Israel mengatakan akan melanjutkan serangannya sampai Hamas tersingkir dan lebih dari 100 orang yang masih disandera dalam serangan brutal pada 7 Oktober dibebaskan.
Hamas dan militan lainnya menyandera sekitar 240 orang pada hari itu, dan membunuh sekitar 1.200 orang, menurut pejabat Israel.
Sekitar 70 sandera Israel telah dibebaskan di tengah gencatan senjata selama seminggu.
Situasi Terkini di Gaza
Mengutip Al Jazeera, berikut situasi terkini di Jalur Gaza, per Rabu jam 2 pagi waktu setempat atau 7.00 WIB.
- Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan di Gaza dengan dukungan yang sangat besar, sehingga semakin mengisolasi Israel dan Amerika Serikat.
- Kelompok Houthi di Yaman memperingatkan kapal kargo dan kapal lain agar tidak “memalsukan identitas mereka” atau mematikan sinyal radio saat mereka berlayar di Laut Merah.

Baca juga: Houthi Yaman Ngaku Luncurkan Rudal ke Kapal Tanker Menuju Israel di Laut Merah
- Situasi menjadi lebih menyedihkan di Gaza, kata badan PBB untuk pengungsi Palestina.
Gaza bahkan disebut sebagai “salah satu tempat paling berbahaya di dunia”.
- Kepala WHO mengatakan dia sangat khawatir terhadap pasien dan staf di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara ketika pasukan Israel menggerebek fasilitas tersebut setelah pengepungan selama berhari-hari.
- Presiden AS Joe Biden mengatakan Israel mulai kehilangan dukungan karena pemboman tanpa pandang bulu di Gaza.
Ia menambahkan bahwa Israel tidak bisa mengatakan ‘tidak’ terhadap "negara Palestina”.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.