Sabtu, 6 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Ansarallah Houthi Yaman Tak Mau Berdamai dengan Arab Saudi Jika Statusnya Perantara

Seorang pejabat Ansarallah menyatakan bahwa Arab Saudi harus menjadi pihak langsung dalam perjanjian tersebut

AFP
Anggota milisi Ansarallah atau biasa disebut pemberontak Houthi. 

Ansarallah Houthi Yaman Tak Mau Berdamai dengan Arab Saudi Jika Pakai Perantara

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan perlawanan Ansarallah (Houthi) Yaman tidak akan menandatangani perjanjian damai apa pun dengan Arab Saudi untuk mengakhiri perang Yaman yang telah berlangsung selama delapan tahun jika memakai perantara.

Ansarallah mengklaim, mau berdamai jika Arab Saudi merupakan pihak langsung di meja perundingan.

“Kepemimpinan kelompok tersebut menolak menandatangani perjanjian apa pun yang menjadikan Arab Saudi sebagai mediator dan bukan pihak utama,” kata seorang pejabat Ansarallah yang tidak mau disebutkan namanya kepada kantor berita Rusia, Sputnik, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, Kamis (28/12/2023).

Baca juga: Iming-iming AS Tak Mempan, Arab Saudi Pilih Damai dengan Yaman Ketimbang Bela Israel di Laut Merah

Yaman saat ini diketahui terpecah menjadi beberapa pemerintahan yang saling bersaing.

Tiga pemerintahan pararel itu terdiri dari, satu di antaranya, Ansarallah yang memerintah wilayah tengah dan utara Yaman.

Ini adalah wilayah terpadat di Yaman dan termasuk ibu kota Sanaa.

Dua pemerintahan lainnya, Pemerintah Yaman yang didukung Saudi dan Dewan Transisi Selatan (STC) yang didukung UEA memerintah wilayah lainnya di negara tersebut.

Namun perang yang dimulai pada tahun 2015 sebenarnya terjadi antara Ansarallah di satu sisi, dan Arab Saudi serta UEA, di sisi lain.

Saudi dan UEA juga mendapat dukungan dari AS dan Inggris dalam mengebom Yaman ketika mereka berusaha mengusir Ansarallah dan memaksakan pemerintahan pilihan mereka di negara tersebut.

Perang tersebut menewaskan puluhan ribu orang secara langsung dan ratusan ribu lainnya disebabkan oleh penyakit dan kelaparan dalam krisis kemanusiaan terburuk di dunia dalam beberapa dekade terakhir.

Otoritas Arab Saudi menahan anggota keluarga kerajaan, menteri serta pengusaha ternama di penjara yang berada di negara tersebut.
Otoritas Arab Saudi menahan anggota keluarga kerajaan, menteri serta pengusaha ternama di penjara yang berada di negara tersebut. (ANADOLU)

Sebagai Mediator Bukan Pihak Langsung

Sebuah sumber diplomatik di pemerintah Yaman yang didukung Saudi melaporkan pada Senin bahwa “penandatanganan peta jalan untuk mencapai perdamaian di Yaman akan dilakukan di kota Mekah di Kerajaan Arab Saudi, awal bulan depan.”

Sumber tersebut mengatakan kepada Sputnik kalau “Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kerajaan Arab Saudi, dan Kesultanan Oman sedang membuat pengaturan intensif untuk menandatangani perjanjian di Mekah, pada tanggal yang ditentukan, awal Januari mendatang.”

Dia menunjukkan kalau Arab Saudi telah mensponsori pembayaran gaji selama setahun penuh kepada semua pegawai pemerintah di seluruh wilayah Yaman, menurut pernyataan tahun 2014, di mana ekspor minyak dan gas Yaman akan dilanjutkan sehingga perekonomian bisa bernapas lega, dan gajinya akan ditanggung oleh ekspor minyak."

Sumber tersebut menyatakan harapannya kalau "peta jalan akan segera ditandatangani dan tidak ada hambatan yang muncul."

Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Saudi mengeluarkan pernyataan yang menyatakan dirinya sebagai mediator dan bukan pihak langsung dalam konflik tersebut.

Pernyataan tersebut menambahkan:

“Dukungan Kerajaan Saudi yang berkelanjutan terhadap Yaman dan saudara-saudaranya, dan keinginannya yang terus-menerus untuk mendorong pihak-pihak di Yaman untuk duduk di meja dialog, untuk mencapai solusi politik yang komprehensif dan abadi di bawah naungan PBB, dan untuk menggerakkan Yaman menuju kebangkitan komprehensif dan pembangunan berkelanjutan yang memenuhi aspirasi saudara-saudaranya."

Dalam upaya nyata untuk melestarikan perjanjian perdamaian, Arab Saudi menolak permintaan AS untuk bergabung dengan koalisi angkatan laut untuk mencegah serangan Ansarallah terhadap kapal-kapal terkait Israel yang melakukan perjalanan melalui Bab al-Mandab yang strategis menuju Terusan Suez.

Baca juga: Iming-iming AS Tak Mempan, Arab Saudi Pilih Damai dengan Yaman Ketimbang Bela Israel di Laut Merah

Anggota penjaga pantai Yaman ketika orang lain menaiki kapal patroli di Laut Merah di lepas pantai kota Mokha yang dikuasai pemerintah di provinsi Taiz barat, dekat Selat Bab al-Mandab yang strategis, pada 12 Desember , 2023.
Anggota penjaga pantai Yaman ketika orang lain menaiki kapal patroli di Laut Merah di lepas pantai kota Mokha yang dikuasai pemerintah di provinsi Taiz barat, dekat Selat Bab al-Mandab yang strategis, pada 12 Desember , 2023. (Khaled Ziad / AFP)

Ansarallah telah melakukan lebih dari 100 serangan drone dan rudal terhadap kapal komersial milik Israel atau dengan tujuan Israel dan telah meluncurkan rudal dan drone di pelabuhan Eilat selatan Israel.

Ansarallah telah melakukan serangan dalam upaya menghentikan aksi pemboman Israel yang sedang berlangsung di Gaza.

Bombardemen Israel di Gaza sejauh ini telah menewaskan 21.000 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Aksi Israel ini oleh para pemimpin Ansrallah dan pihak lain dipandang sebagai genosida.

(oln/almydn/*)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan