Sabtu, 13 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

PNS-nya Bisa Gajian, Hamas Kerahkan Pasukan ke Lokasi di Mana Tentara Israel Ditarik Mundur di Gaza 

Pemerintahan sipil Gaza yang dipimpin Hamas itu dilaporkan mengerahkan kembali pasukan dan petugas polisi dan membayar gaji kepada sejumlah PNS

tangkap layar
FOTO FILE - Anggota kepolisian Palestina di wilayah Gaza Utara yang dikendalikan Hamas. Laporan terbaru, Hamas masih mampu mengoordinir pengerahan kembali pasukan kepolisian di wilayah di mana Israel menarik pasukannya di Gaza Utara. Hamas juga membayar gaji PNS-nya di wilayah administratif Jalur Gaza. 

Sejauh ini, IDF memilih untuk beriskap defensif dan menyerang wilayah Lebanon secara parsial untuk menghindari terjadinya front baru perang di tengah agresi militer mereka di Gaza.

Namun, pada Sabtu (4/2/2024), IDF menyirat segera melancarkan perang skala penuh untuk menghadapi Hizbullah.

IDF memilih narasi kalau mereka dipaksa “untuk segera menyerang” karena aksi "pprovokasi” Hizbullah.

“Kami tidak memilih perang (lawan Hizbullah) sebagai prioritas utama kami, namun kami tentu saja siap,” kata juru bicara IOF Daniel Hagari.

Hagari menambahkan: “Kami akan terus bertindak di mana pun Hizbullah hadir, kami akan terus bertindak di mana pun diperlukan di Timur Tengah. Apa yang berlaku di Lebanon juga berlaku di Suriah dan tempat-tempat lain yang lebih jauh.”

Pernyataan tersebut mencerminkan ancaman sebelumnya yang dikeluarkan oleh Menteri Keamanan Yoav Gallant, yang menegaskan kalau gencatan senjata di Gaza tidak berarti bahwa Israel akan menghentikan agresinya terhadap Lebanon.

Baca juga: Menhan Israel ke Pasukan IDF: Serang Terus Hizbullah Meski Ada Gencatan Senjata di Gaza

Hal ini terjadi di tengah proposal gencatan senjata yang saat ini sedang dievaluasi oleh para kelompok perlawanan Palestina untuk menilai keadilan dan kepraktisan proposal kesepakatan tersebut.

Meskipun usulan tersebut dapat menghasilkan gencatan senjata permanen di Gaza, kekhawatiran masih ada mengenai kemungkinan berlanjutnya konflik yang meluas ke wilayah lain di wilayah tersebut.

Baca juga: Hamas Cs Rembuk di Gaza: Kartu AS di Tangan, No Deal dengan Israel Kalau Hal Ini Tidak Terjadi

Foto yang diambil pada tanggal 22 Januari 2024 di pinggiran selatan Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza, menunjukkan keluarga-keluarga Palestina melarikan diri dari kota melalui jalan pesisir menuju Rafah, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Tentara Israel membombardir Khan Yunis, pusat perang terbaru di Gaza, pada 22 Januari 2024 setelah Perdana Menteri Israel menolak apa yang dikatakannya sebagai persyaratan Hamas untuk pembebasan sandera, bahkan di tengah meningkatnya tekanan dari keluarga mereka. (Photo by AFP)
Foto yang diambil pada tanggal 22 Januari 2024 di pinggiran selatan Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza, menunjukkan keluarga-keluarga Palestina melarikan diri dari kota melalui jalan pesisir menuju Rafah, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Tentara Israel membombardir Khan Yunis, pusat perang terbaru di Gaza, pada 22 Januari 2024 setelah Perdana Menteri Israel menolak apa yang dikatakannya sebagai persyaratan Hamas untuk pembebasan sandera, bahkan di tengah meningkatnya tekanan dari keluarga mereka. (Photo by AFP) (AFP/-)

Potensi Perang Juga dengan Mesir

Agresi militer Israel yang dituding internasional sebagai tindak genosida di Gaza, sejuah ini telah mengakibatkan tingkat kehancuran yang tak tertandingi, menyebabkan hampir 85 persen penduduknya mengungsi.

Hal yang menambah masalah kemanusiaan ini adalah penggunaan makanan sebagai senjata oleh Israel dalam upaya memusnahkan warga sipil Gaza, menyebabkan hampir seperempat penduduknya saat ini bergulat dengan kelaparan.

Kementerian Kesehatan di Gaza baru-baru ini melaporkan, 107 orang tewas hanya dalam waktu 24 jam, sehingga jumlah korban tewas menjadi 27.238 orang.

Saat ini, jumlah korban luka meningkat menjadi 66.000 orang.

Ada kemungkinan bahwa IDF akan memperluas agresinya lebih jauh ke selatan, di wilayah Rafah, setelah operasinya di Khan Younis selesai, sesuai dengan pengumuman yang dikeluarkan oleh Kementerian Keamanan awal pekan ini.

Baca juga: Bom Israel Mulai Jamah Rafah, Peringatan Mesir Diabaikan, Pengungsi Jadi Alat Negosiasi ke Hamas

Jika Israel benar-benar melakukan agresi di wilayah ini, hal ini berpotensi merusak hubungannya dengan negara tetangga Mesir.

Mesir, menilai, aksi militer apapun dari Israel di wilayah perbatasan, termasuk di koridor Philadelphia, sebagai pelanggaran kedaulatan Mesir.

"Hal ini juga dapat semakin memperburuk hubungan Israel dengan AS, karena tindakan rezim Tel AViv tersebut jelas-jelas bersifat genosida. Hal ini dapat semakin mencoreng reputasi diplomasi AS yang sudah rusak," tulis laporan Al Mayadeen..

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan