Rabu, 20 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Alasan Israel Ngeyel Tetap Serang Rafah, Netanyahu: Kami Bukan Budak AS

Terungkap alasan Perdana Menteri Israel Netanyahu ngeyel untuk tetap menyerang Rafah. Ia mengatakan Israel bukan negara yang diperbudak oleh AS.

Editor: Nuryanti
X
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. --- Netanyahu menolak permintaan AS agar tidak menyerang Rafah, berikut ini alasannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini terungkap percakapan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan pejabat Israel yang kesal karena Amerika Serikat (AS) berhenti mengirim bom berdaya ledak tinggi.

Pekan lalu terungkap bahwa Presiden AS, Joe Biden, memutuskan untuk menghentikan pengiriman bom setidaknya 1.800 bom dengan bobot 2.000 pon (907 kilogram) per bom, dan 1.700 bom dengan bobot 500 pon (226 kilogram) per bom.

Pada Rabu (8/5/2024), Joe Biden mengonfirmasi penundaan pengiriman bom tersebut dan Netanyahu menanggapinya pada Kamis (9/5/2025).

Saat itu, Netanyahu hanya mengatakan Israel siap berjuang sendiri tanpa bantuan bom berdaya ledak tinggi dari AS.

"Kita bukanlah negara yang diperbudak oleh Amerika Serikat," kata Netanyahu dalam pertemuan pemerintah Israel pekan lalu yang terungkap baru-baru ini, seperti dilaporkan Walla, Kamis (16/5/2024).

Dalam pertemuan itu, Netanyahu dan penasihatnya sekaligus Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, terkejut dengan keputusan Joe Biden.

Mereka tidak menyangka Joe Biden berani memperingatkan Israel agar tidak menyerang Rafah atau AS akan menghentikan pengiriman bom tersebut.

AS sudah memberikan peringatan secara tidak langsung selama beberapa minggu sebelum Israel mulai menyerang Rafah pada 6 Mei 2024.

Namun, Israel meremehkan ancaman AS bahwa mereka tidak akan berani 'menghukum' Israel atas serangannya di Rafah.

"Joe Biden tidak akan berani melanjutkan langkah tersebut," menurut sumber informasi Israel yang mengutip perkataan Ron Dermer.

AS dan Israel terlibat perselisihan di mana AS menolak keinginan Israel untuk menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan, yang diklaim Israel sebagai benteng terakhir gerakan Palestina, Hamas.

Baca juga: Netanyahu Tak Punya Malu Bohong soal Rafah, Klaim Sudah Evakuasi Warga Palestina dan Beri Bantuan

Sedangkan AS khawatir serangan di Rafah dapat membunuh 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi ke Rafah, setelah melarikan diri dari pemboman Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza.

Netanyahu Kesal saat AS Minta Israel Jangan Serang Rafah

Dalam pidato Kamis pekan lalu, Netanyahu dengan keras kepala menolak permintaan AS dan menolak tekanan dari sekutunya tersebut.

Ia mengingat bahwa Israel berani menolak beberapa keinginan AS di masa lalu.

Termasuk saat David Ben Gurion mendirikan Israel pada tahun 1948 dan menolak tentangan dari Menteri Luar Negeri AS saat itu, George Marshall, serta saat Netanyahu menolak perjanjian nuklir dengan Iran pada tahun 2015 seperti yang diminta oleh Presiden AS saat itu, Barack Obama.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan