Kamis, 6 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin dan Kim Jong Un Berjanji Saling Melindungi Bila Diserang

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meyakinkan presiden Rusia tentang dukungan penuh untuk perang Rusia di Ukraina.

RIA Novosti
Vladimir Putin disambut Kim Jong Un di Pyongyang, 19 Juni 2024 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandatangani pakta yang di antaranya mencakup janji saling melindungi atau membantu jika salah satu negara mereka diserang, Euronews.com melaporkan.

Perjanjian itu ditandatangani setelah pertemuan tatap muka selama dua jam pada hari Rabu (19/6/2024) di Pyongyang.

Kesepakatan tersebut, yang digambarkan sebagai “kemitraan strategis komprehensif”, akan menggantikan perjanjian tahun 1961 dan 2000-2001, lapor TASS, kantor berita milik negara Rusia.

Pada konferensi pers setelah penandatanganan, Kim Jong Un menyebut perjanjian tersebut adalah perjanjian terkuat yang pernah ada antara kedua negara.

Pakta tersebut mencakup kerja sama di berbagai bidang termasuk ekonomi, politik, budaya dan militer.

Putin mengatakan kerja sama teknis militer antara keduanya tidak akan dikesampingkan.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berfoto bersama
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berfoto bersama (RIA Novosti)

Asisten Presiden Rusia Yuri Ushakov mengatakan kepada media Rusia bahwa pakta tersebut tidak ditujukan terhadap negara lain dan mereka pun akan mematuhi hukum internasional.

Sebelumnya, Putin disambut dengan upacara mewah sebelum perbincangannya dengan Kim Jong Un dimulai.

Kerumunan orang berbaris di jalan sambil mengibarkan bendera Korea Utara dan Rusia menjelang pertemuan tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, Kim Jong Un meyakinkan Putin tentang dukungan penuhnya terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Putin memulai diskusi dengan menyatakan apresiasinya atas dukungan Korea Utara.

Baca juga: Tanggapi Pertemuan Putin-Kim Jong Un, Sekjen NATO Minta Anggotanya Waspadai Bromance Rusia-Korut

Ia menyatakan bahwa Rusia sedang berjuang melawan kebijakan imperialis AS yang diberlakukan selama beberapa dekade.

Kedua pemimpin tersebut memang sama-sama kritikus vokal terhadap Barat.

Saat ini pun, Rusia dan Korea Utara berada di bawah sanksi yang ketat.

Korea Utara dikenakan sanksi dari PBB karena program senjata nuklirnya.

Sedangkan Rusia menghadapi sanksi ekonomi dari Barat karena invasi mereka ke Ukraina.

Bantuan teknologi rahasia

Oktober lalu, Korea Utara dilaporkan mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia.

Pada bulan Januari, lebih dari 50 negara menandatangani pernyataan yang menuduh Rusia menembakkan rudal balistik dari Korea Utara sebanyak dua kali.

Uni Eropa dan Amerika termasuk di antara negara-negara yang mengecam dugaan transfer senjata tersebut.

AS, khususnya, telah menyampaikan kekhawatiran bahwa Korea Utara membantu Rusia dengan pasokan amunisi sebagai imbalan atas teknologi senjata Rusia untuk membantu program nuklir Korea Utara.

Keduanya membantah tuduhan tersebut.

Karena jika benar, keduanya berarti melanggar beberapa sanksi Dewan Keamanan PBB.

Rusia sebelumnya pernag memberi perlindungan kepada Korea Utara untuk memajukan program nuklirnya, dengan cara memveto upaya AS untuk menjatuhkan sanksi PBB terhadap negara tertutup tersebut.

Menurut laporan Institut Strategi Keamanan Nasional Korea Selatan, Korea Utara berpotensi meningkatkan ekspor tenaga kerja ke Rusia dan terlibat dalam kegiatan terlarang untuk mendapatkan mata uang asing, sehingga melanggar sanksi PBB.

Kunjungan Putin mendapat kritik di AS

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebutnya sebagai tindakan “putus asa”.

Baca juga: Karpet Merah dan Konser Gala dari Kim Jong Un untuk Vladimir Putin

“Korea Utara memberikan amunisi yang signifikan kepada Rusia dan senjata lainnya untuk digunakan di Ukraina,” kata Blinken kepada wartawan setelah pertemuan dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada hari Selasa.

Menurut penasihat kebijakan luar negeri Rusia, Yuri Ushakov, kunjungan Putin didampingi oleh beberapa pejabat tinggi, termasuk Wakil Perdana Menteri Denis Mantrurov, Menteri Pertahanan Andrei Belousov, dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved