Sabtu, 16 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Warga Palestina Berduka atas Kematian Bos Hamas Ismail Haniyeh: Kami Kehilangan Pemimpin Hebat

Warga Palestina mengungkapkan kemarahan dan kesedihannya setelah Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024).

Penulis: tribunsolo
Majid Saeedi / GETTY IMAGES EUROPE / Getty Images via AFP
TEHERAN, IRAN - 31 JULI: Ratusan warga Iran yang berunjuk rasa ikut serta dalam protes terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala politik Hamas, di Palestine Square di Teheran, Rabu, 31 Juli 2024. Haniyeh tewas di pengasingan dalam serangan udara pada Rabu pagi di ibu kota Iran. Haniyeh tewas dalam serangan udara di Teheran setelah menghadiri pelantikan presiden baru Iran. Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas kematiannya. 

"Membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua juga tidak mengubah apapun. Bahkan jika seluruh penduduk Palestina dimusnahkan, tidak akan ada yang bergerak."

"Sebagai warga Palestina, saya merasa dunia sudah bosan dengan kami. Rezim-rezim Arab dan asing sudah bosan dengan berita tentang kami," tutur al-Bik.

"Kami telah kehilangan para pemimpin nasional dan elit masyarakat, dan kami terus kehilangan mereka."

"Perang ini bukan melawan Hamas. Perang ini melawan semua orang Palestina, bahkan air dan udara yang kita hirup," lanjutnya.

Israel Tak Membedakan Targetnya

Menanggapi tewasnya Ismail Haniyeh, seorang pengungsi di kamp darurat, Zahwa al-Samouni (62), menyebut Israel tidak membedakan targetnya, pemimpin, pejuang, atau warga sipil.

Baca juga: Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei Perintahkan Serangan ke Israel Setelah Haniyeh Dibunuh di Iran

"Saya warga sipil yang terusir, saya bisa menjadi sasaran kapan saja," ujar al-Samouni.

Tak hanya itu, al-Samouni juga membeberkan seperti apa sosok Haniyeh.

Menurutnya, Haniyeh adalah orang yang cinta damai dan suka bergaul dengan siapa saja yang ditemuinya.

"Ismail Haniyeh sangat dekat dengan masyarakat sebelum ia meninggalkan Gaza menuju Qatar."

"Ia orang yang cinta damai, bergaul dengan masyarakat di jalan, berbagi suka dan duka. Kami sering melihatnya di masjid," ungkap dia.

Nour Abu Salama (41), ibu tujuh anak yang mengungsi dari kota Jabalia di Gaza utara, mengungkapkan keputusasaannya setelah mendengar kabar tewasnya Haniyeh.

Bagi keluarganya, pembunuhan terhadap Haniyeh adalah tragedi.

Sebab, Haniyeh menjadi perwakilan Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan MEsir.

"Pembunuhan Ismail Haniyeh merupakan tragedi bagi kami."

"Dia seorang pemimpin politik dan sedang bernegosiasi untuk mengakhiri perang," katanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan