Sabtu, 16 Agustus 2025

Konflik Suriah

Reaksi Pemimpin Dunia terhadap Runtuhnya Rezim Bashar al-Assad Suriah

Setelah 13 tahun perang yang brutal, lebih dari setengah abad kekuasaan keluarga al-Assad kini telah runtuh. Simak reaksi internasional berikut ini.

tangkap layar ToI/Kredit Foto: AP/Ghaith Alsayed
Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. - Setelah 13 tahun perang yang brutal, lebih dari setengah abad kekuasaan keluarga al-Assad kini telah runtuh. Simak reaksi internasional berikut ini. 

TRIBUNNEWS.COM - Oposisi Suriah mengumumkan bahwa Presiden Bashar al-Assad telah meninggalkan ibu kota Damaskus.

Perayaan penuh suka cita meletus di Damaskus dan wilayah lain di negara itu, termasuk di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga Lebanon.

Banyak warga Suriah yang mengungsi memutuskan untuk pulang ke rumah.

Setelah 13 tahun perang yang brutal, lebih dari setengah abad kekuasaan keluarga al-Assad kini telah runtuh.

Berikut ini adalah beberapa reaksi internasional terhadap berita tersebut, dikutip dari Al Jazeera.

Iran

Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam pernyataan bahwa Iran menghormati persatuan dan kedaulatan nasional Suriah.

Teheran menyerukan "segera mengakhiri konflik militer, pencegahan tindakan teroris, dan dimulainya dialog nasional" dengan semua sektor masyarakat Suriah.

Iran mengaku akan terus mendukung mekanisme internasional untuk mengejar proses politik.

Pemerintah berharap hubungan persahabatan antara negara Iran dan Suriah dapat terus dilanjutkan.

Baca juga: 8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah

Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memuji jatuhnya al-Assad, sekutu utama Iran, sebagai "hari bersejarah".

Netanyahu mengatakan runtuhnya rezim Assad merupakan akibat langsung dari pukulan yang dilakukan Israel terhadap Hizbullah dan Iran.

Ia mengatakan bahwa Israel telah merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang didirikan berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974 dengan Suriah setelah pasukan Suriah meninggalkan posisi mereka.

"Kami tidak akan membiarkan kekuatan musuh mana pun muncul di perbatasan kami," tambahnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa

"Setelah 14 tahun perang brutal dan jatuhnya rezim diktator, hari ini rakyat Suriah dapat memanfaatkan kesempatan bersejarah untuk membangun masa depan yang stabil dan damai," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan.

"Masa depan Suriah adalah masalah yang harus ditentukan oleh warga Suriah, dan Utusan Khusus saya akan bekerja sama dengan mereka untuk mencapai tujuan tersebut," tambahnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan