Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Sudah Mau Bebaskan 3 Sandera, Israel Ngotot Minta Lebih Banyak Tahanan Dibebaskan
Hamas akhirnya sudah mau membebaskan sandera Israel sesuai dengan tuntutan pada Sabtu (15/2/2025) besok. Tapi Israel menuntut lebih.
TRIBUNNEWS.COM - Hamas akhirnya mau membebaskan sandera Israel kembali setelah sempat memanas akibat saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Diperkirakan Hamas akan membebaskan tiga sandera pada Sabtu (15/2/2025) besok.
Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani diperkirakan akan mengirimkan daftar tiga nama sandera tersebut kepada Kepala Mossad, David Barnea.
Pembebasan sandera oleh Hamas ini diharapkan akan menyelesaikan krisis yang mengancam akan menggagalkan gencatan senjata yang sudah rapuh.
Dikutip dari The Jerusalem Post, Hamas menyatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Kelompok itu juga menegaskan bahwa mereka akan terus membebaskan sandera "sesuai dengan jadwal", yang berarti hanya tiga sandera pada hari Sabtu.
Hal ini bertentangan dengan tuntutan Presiden AS Donald Trump untuk membebaskan "semua sandera" dan beberapa seruan oleh pejabat Israel untuk membebaskan kesembilan sandera yang masih hidup dan seharusnya dibebaskan selama sisa fase pertama kesepakatan.
Sebelumnya, Hamas mengklaim Israel belum mengizinkan semua bantuan kemanusiaan yang disepakati untuk memasuki Gaza sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian.
Bahkan, menurut Hamas, Israel juga belum mengizinkan cukup banyak warga Palestina yang terpaksa pindah ke selatan untuk kembali ke utara.
Sementara itu, Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian, termasuk pada Kamis malam ketika militer mengatakan Hamas telah menembakkan roket dari Gaza yang mendarat di daerah kantong itu.
Hamas, yang dipimpin oleh Kepala Biro Politik Khalil Al-Hayya sedang mengunjungi Kairo untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat keamanan Mesir.
Baca juga: Israel Bersiap Terima 3 Nama Sandera yang akan Dibebaskan Hamas Sabtu Besok
Mereka mengatakan bahwa mediator Mesir dan Qatar akan terus berupaya “untuk menghilangkan hambatan dan menutup kesenjangan.”
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dijadwalkan tiba di kawasan tersebut, termasuk Israel, pada hari Sabtu.
Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada Post bahwa ada kemungkinan Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, akan berkunjung dalam beberapa hari mendatang.
Dua pejabat mengatakan kepada Post bahwa tujuan saat ini adalah untuk mempercepat pembebasan sembilan sandera yang masih hidup.
"Setelah melihat gambar kondisi para sandera minggu lalu, kami perlu membebaskan mereka secepat mungkin," kata seorang sumber.
Tujuan Israel lainnya adalah untuk memperluas daftar sandera yang dibebaskan pada tahap pertama.
Kesepakatan saat ini menyebutkan Hamas akan membebaskan 33 sandera, beberapa di antaranya tewas, tetapi ada upaya untuk mengubah jumlah tersebut.
"Setiap sandera adalah 'kasus kemanusiaan' – kriteria bagi mereka yang dibebaskan pada tahap pertama," kata sumber tersebut.
"Semua orang menunggu untuk melihat apa yang terjadi pada hari Sabtu," lanjutnya.
Menyelesaikan Sengketa
Delegasi Hamas yang dipimpin oleh kepala kelompok itu di Gaza, Khalil Al-Hayya, bertemu dengan pejabat keamanan Mesir pada hari Rabu untuk mencoba memecahkan kebuntuan.
Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mediator Mesir dan Qatar sedang berusaha mencari solusi untuk mencegah terulangnya kembali pertempuran.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan para mediator memberikan tekanan agar kesepakatan gencatan senjata dilaksanakan sepenuhnya, memastikan Israel mematuhi protokol kemanusiaan dan melanjutkan pertukaran sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel pada hari Sabtu.
Sebelumnya, Israel telah memanggil pasukan cadangan untuk bersiap menghadapi kemungkinan meletusnya kembali perang di Gaza.
Baca juga: Hamas Melunak, Setuju Bebaskan 3 Sandera Israel Akhir Pekan Ini demi Perpanjang Gencatan Senjata
Israel pun mengancam jika Hamas gagal memenuhi tenggat waktu pada Sabtu (15/2/2025) besok tidak membebaskan lebih banyak sandera, gencatan senjata akan dibatalkan.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan gencatan senjata itu dimaksudkan untuk segera membebaskan para sandera yang ditawan dalam kondisi yang sulit di Gaza.
"Jika Hamas menghentikan pembebasan sandera, maka tidak ada gencatan senjata dan yang ada adalah perang," kata Katz.
Katz menambahkan bahwa "perang Gaza yang baru" akan memiliki intensitas yang sama sekali berbeda dan "memungkinkan terwujudnya visi Trump untuk Gaza".
"Hamas tidak akan menerima bahasa ancaman Amerika dan Israel," kata juru bicara Hamas Hazaem Qassem dalam sebuah pernyataan.
"Kontak sedang dilakukan dengan negara-negara mediator untuk menyelesaikan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata," lanjutnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel akan melanjutkan "pertempuran sengit" jika Hamas tidak memenuhi tenggat waktu, tetapi tidak mengatakan berapa banyak sandera yang harus dibebaskan.
Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk mengumpulkan pasukan di dan sekitar Gaza.
Militer pun mengumumkan akan mengerahkan pasukan tambahan ke selatan Israel, dekat Gaza, termasuk memobilisasi pasukan cadangan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.