Konflik Suriah
Israel Pertimbangkan Terima Warga Suriah untuk Bekerja, Rezim Suriah Ingin Berdamai dengan Israel?
Menteri Pertahanan Israel Katz mengonfirmasi bahwa negaranya mempertimbangkan untuk menerima warga Suriah dari komunitas Druze untuk bekerja di Israel
Penulis:
Febri Prasetyo
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel Katz mengonfirmasi negaranya mempertimbangkan untuk menerima warga Suriah dari komunitas Druze untuk bekerja di Israel.
Katz mengatakan rencana itu merupakan komitmen besar Israel terhadap "kawan Druze" di Suriah.
Druze adalah kelompok etnis dan keagamaan yang kebanyakan tinggal di Lebanon dan Suriah.
Dia juga berujar para pemimpin Israel berupaya untuk terus menjaga kontak dengan komunitas Druze.
"Saat ini kita mempertimbangkan untuk mengizinkan mereka yang tinggal dekat untuk datang dan bekerja di Dataran Tinggi Golan setiap hari dan bersiap membantu mereka melalui organisasi dan beragam cara," kata Katz saat konferensi pada Kamis (27/2/2025), dikutip dari I24 News.
"Kami ingin melihat mereka terlindungi, dan kita berupaya melakukannya dengan pintar."
Apabila hal ini terealisasi, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan bertanggung jawab mengurus masuk dan keluarnya orang Druze dan mengamankan koridor.
Dikabarkan sudah ada permintaan dari komunitas Druze untuk memasuki Israel sebagai penyatuan kembali keluarga.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan melindungi komunitas Druze di Suriah selatan.
Seorang perwakilan komunitas itu lalu disebut bertemu dengan Presiden Suriah, Ahmad Al Sharaa atau yang juga dikenal sebagai Al Jolani, di Kota Damaskus.

Menurut narasumber Kan News, Al Sharaa berusaha menghentikan kekhawatiran komunitas Druze. Dia juga memberikan sinyal kepada Israel, rezimnya tidak akan menjadi ancaman.
Baca juga: Warga Suriah Minta Tel Aviv Dibom, Israel Cegah Suriah Selatan Berubah Jadi Lebanon Selatan
"Tidak ada ancaman keamanan di dalam negeri Suriah. Kami menginginkan perdamaian. Kami tidak punya musuh. Kami ingin membangun negeri dan menyediakan layanan," demikian pernyataan Al Sharaa seperti yang dilaporkan.
"Kami tidak punya keinginan untuk memulai perang dengan siapa pun."
Menurut narasumber itu, Al Sharaa mengatakan ancaman yang pernah muncul dari wilayah Suriah sudah tidak ada lagi. Ancaman itu dimunculkan oleh rezim Assad, Hizbullah, dan Iran.
Dia juga menegaskan upaya pemerintahan baru di Suriah untuk melawan penyelundupan senjata Hizbullah lewat perbatasan Suriah-Lebanon.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.