Selasa, 2 September 2025

Konflik Suriah

Israel Lancarkan 'Invasi Terdalam' ke Suriah sejak 1967, Bawa Helikopter dan Konvoi Lapis Baja

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan melancarkan “invasi terdalam” ke Suriah. IDF mengklaim berusaha mencegah senjata jatuh ke tangan yang salah

X/ammamiii
SERANGAN DI SURIAH - Foto yang diambil dari akun X @ammamiii memperlihatkan serangan Israel di dekat Tartus, Suriah, tanggal 4 Maret 2025. 

TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan melancarkan “invasi terdalam” ke Suriah.

Israel menyasar daerah-daerah di Provinsi Quneitra dan Daraa yang berada di Suriah bagian barat daya.

Invasi itu dilakukan hari Selasa, (4/3/2025), atau beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan di dekat Kota Tartus yang berada di pesisir.

Dikutip dari Press TV, IDF masuk lebih dalam sejumlah area di kedua provinsi itu dengan bantuan helikopter dan konvoi lapis baja.

Saksi mata mengatakan satuan-satuan militer Israel sudah menyusup ke fasilitas militer di Tel Al Mal yang berada di pinggiran ibu kota Provinsi Quneitra. Di sana IDF melakukan penggeledahan sebelum mundur kembali.

Menurut narasumber dari Suriah, invasi itu adalah invasi terdalam Israel sejak tahun 1967 tatkala pasukan Israel menduduki Dataran Tinggi Golan milik Suriah.

Invasi itu bahkan lebih jauh daripada agresi Israel ke Suriah sejak November 2024 hingga sekarang.

Sebelum invasi itu, jet-jet tempur menyerang batalion angkatan udara di dekat Tartus.

Media pemerintah Suriah mengonfirmasi serangan itu. Memang ada kerugian material akibat serangan, tetapi tidak ada laporan korban jiwa.

IDF berdalih serangan terbaru ini bertujuan untuk mencegah senjata jatuh ke “tangan yang salah”. Di samping itu, IDF mengklaim serangan itu ditujukan untuk mencegah kekerasan di Suriah menyebar hingga ke wilayah Israel.

“Sehubungan dengan perkembangan terbaru di area itu, diputuskan untuk menyerang infrastruktur di fasilitas itu,” kata IDF dikutip dari The Times of Israel.

Baca juga: Pasukan Pemerintah Suriah Dikerahkan di Selatan Damaskus untuk Akhiri Kekacauan di Desa-desa Druze

IDF menyebut pihaknya terus memantau Suriah untuk melihat apakah ada ancaman dari Suriah terhadap Israel.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan IDF untuk bersiap untuk melakukan operasi yang nanti mungkin dilakukan untuk melindungi komunitas Druze di Suriah. Netanyahu menyinggung adanya ancaman terhadap komunitas itu.

Menurut Netanyahu, Israel bakal melakukan pembalasan apabila komunitas Druze dilukai. Dia menjanjikan dukungan penuh kepada mereka.

Selain itu, Netanyahu meminta “demiliterisasi” di provinsi-provinsi di Suriah selatan, termasuk Quneitra, Daraa, dan Sweida.

Israel mulai melancarkan banyak serangan ke Suriah semenjak rezim Bashar al Assad tumbang. Negara Zionis itu mengaku menyerang target-target yang terafiliasi dengan Iran,

Pada hari ketika Assad digulingkan, Israel mengumumkan bahwa iDF memasuki buffer zone atau zona penyangga yang memisahkan pasukan Israel dengan pasukan Suriah di Dataran Tinggi Golan.

IDF mengklaim keberadaan tentara di zona penyangga hanyalah bersifat sementara dan untuk keperluan pertahanan saja.

Meski demikian, Menteri Pertahanan Israel Katz sudah berujar bahwa pasukannya akan tetap dikerahkan di sembilan pos di sana sampai waktu yang belum ditentukan.

Dalam konferensi nasional di Suriah minggu lalu, para pesertanya menolak aksi provokasi Israel. Mereka meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel agar berhenti menyerang Suriah.

Israel pertimbangkan terima Druze untuk bekerja di Israel

Beberapa waktu lalu Katz mengonfirmasi negaranya mempertimbangkan untuk menerima warga Suriah dari komunitas Druze untuk bekerja di Israel.

Baca juga: Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa Membentuk Komite untuk Mengatur Fase Transisi di Suriah

Katz mengatakan rencana itu merupakan komitmen besar Israel terhadap "kawan Druze" di Suriah.

Druze adalah kelompok etnis dan keagamaan yang kebanyakan tinggal di Lebanon dan Suriah.

Dia juga berujar para pemimpin Israel berupaya untuk terus menjaga kontak dengan komunitas Druze.

"Saat ini kita mempertimbangkan untuk mengizinkan mereka yang tinggal dekat untuk datang dan bekerja di Dataran Tinggi Golan setiap hari dan bersiap membantu mereka melalui organisasi dan beragam cara," kata Katz saat konferensi pada hari, Kamis (27/2/2025), dikutip dari I24 News.

"Kami ingin melihat mereka terlindungi, dan kita berupaya melakukannya dengan pintar."

Apabila hal ini terealisasi, IDF akan bertanggung jawab mengurus masuk dan keluarnya orang Druze dan mengamankan koridor.

Dikabarkan sudah ada permintaan dari komunitas Druze untuk memasuki Israel sebagai penyatuan kembali keluarga.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan