Konflik Rusia Vs Ukraina
Ukraina Tampilkan Bukti Penggunaan Senjata Kimia oleh Rusia di Pengadilan Internasional
Antara Februari 2023 hingga Februari 2025, lebih dari 6.900 insiden penggunaan amunisi berisi zat kimia tercatat, dengan 844 baru 3 bulan lalu terjadi
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina baru-baru ini menyampaikan bukti pelanggaran Rusia terhadap Konvensi Larangan Penggunaan Senjata Kimia (CWC) dalam perang Ukraina di Pengadilan Internasional.
Bukti tersebut dipresentasikan pada pertemuan ke-108 Dewan Eksekutif Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang berlangsung pada 4-5 Maret 2025 di Den Haag, Suspilne melaporkan.
Kepala delegasi Ukraina, Andrey Kasyanov mengungkapkan penggunaan senjata kimia oleh pasukan Rusia semakin meningkat.
Ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap Pasal 5 CWC.
Antara Februari 2023 hingga Februari 2025, lebih dari 6.900 insiden penggunaan amunisi berisi zat kimia tercatat, dengan 844 di antaranya terjadi dalam tiga bulan terakhir.
Lebih dari 2.100 prajurit Ukraina dilaporkan terkena paparan bahan kimia, dengan tiga di antaranya meninggal dunia.
Delegasi Ukraina juga membeberkan bahwa granat kimia RG-Vo, yang digunakan dalam serangan-serangan tersebut, diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Rusia, termasuk Pusat Ilmiah Kimia Terapan dan Institut Ilmiah dan Terapan Kimia Terapan.
Sebagai tanggapan, Ukraina menuntut pengucilan Rusia dari Dewan Eksekutif OPCW untuk tahun ketiga berturut-turut dan mengajukan pencalonan kembali untuk keanggotaan Dewan Eksekutif OPCW untuk periode 2026-2028.
Kontroversi Senjata Kimia dan Letnan Jenderal Igor Kirillov
Dikutip dari The Guardian dalam laporannya Desember 2024, tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pasukan Rusia di medan perang juga mengarah pada Letnan Jenderal Igor Kirillov, pemimpin program pertahanan radiologi, kimia, dan biologi militer Rusia.
Ukraina dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris, menuduh Rusia menggunakan senjata kimia berbahaya seperti chloropicrin di medan perang.
Baca juga: 2000 Tentara Ukraina Dilaporkan Terpapar Senjata Kimia Rusia Sejak Awal Konflik, 3 Meninggal Dunia
Chloropicrin, yang sebelumnya digunakan pada Perang Dunia I, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan paru-paru serta gejala seperti mual dan sesak napas.
AS menganggap penggunaan chloropicrin oleh Rusia sebagai pelanggaran terhadap CWC, yang juga telah diratifikasi oleh Rusia.
Namun, Kremlin membantah tuduhan tersebut, dengan juru bicara Dmitry Peskov menyatakan bahwa Rusia mematuhi CWC.
Rekam Jejak Senjata Kimia Rusia
Pada 2017 Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) melaporkan bahwa Rusia telah menghancurkan stok senjata kimia dari era Perang Dingin.
Kendati demikian, dugaan penggunaan senjata kimia oleh Rusia tetap ada, dikutip dari publikasi BBC pada Mei 2024.
Beberapa serangan senjata kimia telah terjadi setelah itu, termasuk serangan terhadap mantan petugas intelijen Uni Soviet di Salisbury pada 2018 dan kasus racun yang menimpa pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, pada 2020.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.