Jumat, 10 Oktober 2025

Konflik Suriah

New York Times: Pelanggaran Hukum Meningkat di Suriah, Polisi Diberhentikan, Ada Kekosongan Keamanan

Suriah menderita gelombang penculikan, yang menyebabkan penduduk takut meninggalkan rumah mereka pada malam hari, sejak jatuhnya Presiden Bashar Asad

Editor: Muhammad Barir
RNTV/TangkapLayar
TERAPKAN JAM MALAM - Pasukan rezim baru pemerintahan Suriah saat menangani kerusuhan yang terjadi di wilayah-wilayah yang menjadi basis pendukung Presiden terguling, Bashar Al-Assad, Kamis (6/3/2025). Pasukan Suriah dlaporan menerapkan jam malam di sejumlah wilayah pesisir negara tersebut. 

Kebijakan yang buruk selama puluhan tahun “tidak dapat dibatalkan dalam hitungan hari atau minggu,” imbuhnya.

Situasi keamanan diperburuk oleh kekurangan listrik parah yang menyebabkan sebagian besar lingkungan gelap gulita di malam hari. 

Banyak warga Suriah menolak meninggalkan rumah setelah gelap, khususnya perempuan muda yang takut diculik.

Pada bulan Februari, Carolisse Nahleh, seorang wanita muda dari pinggiran kota Damaskus, Jaramana, diculik saat hendak naik bus ke universitasnya di distrik Mezzah di ibu kota. 

Nahleh berasal dari sekte minoritas Druze dan berasal dari desa Qurayya di Suwayda di Suriah selatan.

Banyak korban penculikan berasal dari komunitas minoritas agama Druze, Kristen, dan Alawite di Suriah.

Dalam dua minggu pertama bulan Februari, delapan wanita dan gadis muda Suriah lainnya diculik di seluruh negeri, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan.

NYT melaporkan lebih lanjut bahwa saudara Shadood, Amjad, 25 tahun, dan Mohammad, 26 tahun, dari minoritas agama Alawite, diculik saat berjalan pulang pada malam hari dari pekerjaan mereka di restoran.

Saat kedua bersaudara itu mendekati rumah, ibu mereka melihat sebuah mobil van besar berhenti di depan mereka.

“Anak-anak saya sama sekali tidak melawan, tetapi saya melihat mereka menjauh,” kata Ibu Shadood. 

“Saya berlari ke arah mereka. Yang saya lihat hanyalah sebuah tangan yang mengulurkan tangan, meraih, dan menyeret anak saya yang lebih muda ke dalam mobil van” sebelum anak laki-lakinya yang lebih tua ikut masuk.

Pasukan keamanan menyisir lingkungan sekitar tetapi tidak pernah menemukan mobil van itu, katanya.

Seperti yang umum terjadi, para penculik tidak pernah menghubungi Nyonya Shadood atau meminta tebusan.

Sekitar seminggu kemudian, jasad mereka ditemukan di pinggir jalan raya di provinsi tetangga, kata keluarga dan polisi.

 


SUMBER: THE CRADLE

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved