Jumat, 19 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Cuma Beberapa Detik, Serangan Rudal Houthi Nyaris Pasti Timbulkan Ledakan Dahsyat di Kapal Induk AS

Bisakah Houthi menyerang kapal induk AS, kapal perang terbesar di dunia? Jawabannya bisa saja, namun persentasenya kecil, kenapa?

the national/tangkap layar/
PERTAHANAN UDARA - Senjata Phalanx yang menjadi bagian dari sistem pertahanan udara di kapal perang AS. Senjata ini juga dapat digunakan untuk menghentikan kapal permukaan air, jika Houthi mencoba menggunakan kapal drone peledak tak berawak untuk menyerang. 

Cuma Beberapa Detik, Serangan Houthi Nyaris Pasti Timbulkan Ledakan Dahsyat di Kapal Induk AS
 
TRIBUNNEWS.COM - Analis dan penulis, Robert Tollast, pada Kamis (20/3/2025) menulis ulasan spesifik terkait pertempuran yang sedang berlangsung dalam perang terbuka kelompok Ansarallah Houthi Yaman dengan militer Amerika Serikat (AS).

Houthi yang didukung Iran, tanpa henti menyerang balik kapal-kapal AS di Laut Merah, setelah meluncurkan kembali blokade laut mereka di jalur air tersebut, sebagai protes terhadap perang baru yang dilancarkan Israel di Gaza.

Baca juga: Rudal Gaza dan Yaman Bersahutan di Langit Tel Aviv, Jubir Qassam Serukan Perlawanan Total ke Israel

"Dalam putaran kekerasan terbaru, menyusul gelombang serangan udara AS, kelompok tersebut mengklaim telah meluncurkan 18 rudal balistik antikapal ke kelompok penyerang kapal induk USS Harry S Truman, dengan mengatakan mereka menangkis serangan Amerika," kata Tollast di lansir National.

Analis itu menyatakan, rudal-rudal Houthi itu meluncur turun dari atmosfer tipis di dekat luar angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Baca juga: AS Kerahkan Lagi Kapal Induk ke Laut Merah Usai Houthi Yaman Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper

"Kelompok itu sering mengklaim telah menyerang kapal-kapal AS, termasuk kapal induk senilai miliaran dolar, dalam serangan yang sering kali disertai dengan rudal jelajah dan pesawat nirawak pada ketinggian rendah untuk memberikan tekanan maksimum pada pertahanan udara lawan," kata dia.

Banyak serangan tingkat rendah Houthi yang dicegat jauh sebelum mencapai kapal AS, seperti yang ditunjukkan dalam video di bawah ini di mana sebuah pesawat AS menggunakan roket Advanced Precision Kill Weapon System II untuk menyerang pesawat tak berawak Houthi .

"Kapal-kapal AS terus beroperasi dan meredam serangan yang berhasil diluncurkan Houthi, meskipun pada satu kesempatan kapal perang USS Gravely terpaksa harus mengerahkan sistem senjata Phalanx untuk menghentikan rudal jelajah yang terbang rendah," katanya.

Senjata Phalanx, sistem pertahanan udara di Kapal Induk AS itu melacak rudal dari jarak dekat sebelum meledakkannya dengan memuntahkan 4.500 peluru peledak per menit. 

"Itu berarti Houthi, pasti, hampir saja, mungkin beberapa detik, dari serangan dahsyat terhadap kapal AS," tulis Tollast menggambarkan begitu dekatnya rudal Houthi menyasar kapal induk AS. 

sistem pertahanan udara di kapal perang AS
PERTAHANAN UDARA - Senjata Phalanx yang menjadi bagian dari sistem pertahanan udara di kapal perang AS. Senjata ini juga dapat digunakan untuk menghentikan kapal permukaan air, jika Houthi mencoba menggunakan kapal drone peledak tak berawak untuk menyerang.

     
Kapal perang yang dipersenjatai dengan Phalanx juga dapat menggunakan senjata tersebut untuk menghentikan kapal permukaan, jika Houthi mencoba menggunakan kapal drone peledak tak berawak untuk menyerang.

Untuk kapal induk seperti USS Dwight D Eisenhower, yang dijaga oleh Gravely pada saat intersepsi Phalanx, sering kali ada lima kapal perang yang memberikan perlindungan, dilengkapi dengan berbagai sistem pertahanan udara untuk menargetkan rudal pada jarak yang jauh lebih jauh daripada Phalanx.

Meski demikian, Houthi telah menyerang banyak kapal sipil. 

Namun mengapa serangan terhadap Angkatan Laut AS – dan kapal militer Eropa sekutu – terbukti sangat sulit bagi kelompok Yaman tersebut?

RUDAL HOUTHI YAMAN - Foto ini diambil dari Telegram Houthi pada Kamis (20/3/2025), memperlihatkan dua rudal hipersonik Palestine 2 diluncurkan ke dua target militer musuh Zionis di Jaffa yang diduduki pada 19 Desember 2024. Pada Selasa (19/3/2025), Houthi kembali meluncurkan rudal balistik Palestine 2 ke Jaffa.
RUDAL HOUTHI YAMAN - Foto ini diambil dari Telegram Houthi pada Kamis (20/3/2025), memperlihatkan dua rudal hipersonik Palestine 2 diluncurkan ke dua target militer musuh Zionis di Jaffa yang diduduki pada 19 Desember 2024. Pada Selasa (19/3/2025), Houthi kembali meluncurkan rudal balistik Palestine 2 ke Jaffa. (Telegram Houthi)

Houthi Kill Chain

Tollast menjelaskan, hal ini bermuara pada apa yang para ahli sebut sebagai Kill Chain alias “rantai pembunuhan”.

Menurut Angkatan Laut AS, Kill Chain ini adalah proses “menemukan, memastikan, membidik, melacak, menyerang, dan meng-assesment” musuh dari jarak jauh.

"Houthi mampu melakukan ini melalui bantuan dari kapal mata-mata Iran , termasuk Behshad, dan data pengiriman yang tersedia secara komersial (yang terakhir cukup acak, melibatkan serangan terhadap kapal-kapal Rusia ). Namun saat ini tidak ada "kapal mata-mata" Iran di Laut Merah," kata analis perang tersebut.

Bagi kapal perang, ada faktor-faktor yang mempersulit dalam menyasar target, tantangan pertama dalam kill chain adalah “menemukan”.

Untuk memahami betapa rumitnya hal ini, AS baru-baru ini menggunakan balon ketinggian tinggi yang melayang 15 km di atas Kepulauan Mariana di Pasifik sebagai sensor untuk melengkapi kill chain dalam latihan penembakan langsung untuk menyerang kapal nonaktif yang sedang bergerak ratusan kilometer jauhnya.

Sebuah pesawat tanpa awak yang tidak disebutkan namanya, yang kabarnya memiliki "daya tahan ekstrem", juga ikut serta dalam latihan tersebut.

"Idenya adalah bahwa ketika sebuah rudal ditembakkan dari jarak yang sangat jauh, data dapat diteruskan ke rudal yang sedang terbang saat target bergerak. Ini jauh lebih sulit daripada menyerang lokasi statis," papar Tollast.

Meskipun Houthi memiliki banyak pesawat nirawak, seperti yang disebutkan di awal artikel, mereka rentan ditembak jatuh oleh pesawat AS.

Di laut, mereka tidak memiliki keunggulan utama pesawat nirawak, yaitu terbang rendah melalui lembah, sehingga tidak terdeteksi radar.

Meskipun lokasi pasti kapal-kapal AS tidak diungkapkan, ada berbagai laporan bahwa kapal induk AS cenderung beroperasi di bagian utara Laut Merah.

"Hal ini akan logis, karena kapal induk seperti USS Harry S Truman, dengan hampir 6.000 awak dan personel udara di dalamnya serta 90 pesawat, membutuhkan pertahanan yang kuat, dengan cincin kapal perang pendukung, dari rudal jelajah jarak jauh Houthi," katanya.

USS Harry S. Truman Carrier Strike Group (HSTCSG)
KAPAL PERANG AS - USS Harry S. Truman Carrier Strike Group (HSTCSG). Kapal perang AS ini menjadi satu di antara kapal perang terbesar di dunia. (X/CENTCOM)

Peperangan Elektronik

Situasi ini segera menempatkan kapal induk tersebut pada jangkauan maksimum rudal balistik antikapal Tankil milik Houthi, dengan asumsi klaim kelompok tersebut untuk menargetkan kapal tersebut akurat.

Rudal Tankil, yang diperkirakan didasarkan pada Raad-500 milik Iran, konon dapat mencapai Mach 8, atau delapan kali kecepatan suara.

Jika klaim Iran benar, roket tersebut akan mencapai Harry S Truman dalam waktu sekitar tiga menit pada jarak maksimum, meskipun kecepatan tertingginya kemungkinan terjadi di pertengahan perjalanan, atau bagian tercepat dari penerbangannya, dan kecepatan rata-ratanya akan jauh lebih lambat.

Jika kapal induk tersebut diberitahu tentang peluncuran rudal – mungkin oleh satelit peringatan dini inframerah AS , yang digunakan dalam peran ini – reaktor nuklir AW4-nya akan mendorong kapal seberat 100.000 ton itu pada kecepatan 55 km/jam sejauh 2,75 km pada saat rudal itu menukik ke area sasaran.

"Namun, Tankil tidak akan (jika berfungsi dengan benar) terjun secara pasif ke laut, tetapi memiliki pencari sasaran di dalamnya, baik radar maupun inframerah (pencari panas). Ini berarti bahwa Truman, atau kapal-kapal di sekitarnya, dapat dengan mudah menggunakan peperangan elektronik untuk mengganggu pencari dan mengirimnya lebih jauh lagi dari jalurnya," kata Tollast

Maka tak heran, bila kapal sipil dan kapal angkatan laut di Laut Merah melaporkan rudal Houthi mendarat beberapa kilometer dari kapal mereka.

Rudal hipersonik berkecepatan maksimal mach 16 milik Houthi Yaman yang dinamakan Palestine-2 digunakan untuk menyerang Israel dan berhasil melewati sistem pertahanan Iron Dome dan Arrow.
Rudal hipersonik berkecepatan maksimal mach 16 milik Houthi Yaman yang dinamakan Palestine-2 digunakan untuk menyerang Israel dan berhasil melewati sistem pertahanan Iron Dome dan Arrow. (BI/tangkap layar)

Butuh 6 Rudal Jelajah untuk Tenggelamkan Kapal Perang AS

Perang elektronik dan tindakan balasan lainnya, seperti suar dan "chaff", yang membingungkan para rudal pencari sasaran, telah digunakan untuk menghentikan serangan rudal jelajah Houthi yang terbang rendah.

Rudal jelajah antikapal, tidak seperti rudal antikapal balistik, juga dapat ditembak jatuh oleh jet tempur.

Sekelompok pesawat tak berawak Houthi, yang mungkin terdeteksi jauh sebelum mereka mendekati kapal AS oleh radar udara yang kuat, dijatuhkan dengan cara ini.

Untuk mendapatkan gambaran tentang berapa banyak rudal yang dibutuhkan untuk menghancurkan kapal perang AS, perkiraan Tiongkok yang dikutip oleh Rusi, lembaga pemikir pertahanan Inggris, mengatakan enam rudal jelajah dan satu rudal balistik antikapal akan dibutuhkan.

"Namun, analisis Rusi mencatat bahwa perhitungan tersebut tidak memperhitungkan tindakan balasan AS, seperti peperangan elektronik, sehingga jumlah total untuk Houthi bisa lebih tinggi – mungkin lebih dari 18 rudal yang diduga ditembakkan dalam satu salvo," kata Tollast menyiratkan beratnya tingkat kesuksesan serangan Houthi untuk bisa menghancurkan kapal perang AS.

 

(oln/tntl/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan